Selasa, 25 Desember 2012

Jilbab Oki Setiana Dewi


Artis Cantik Indonesia memang banyak tetapi artis cantik dengan berjilbab saya rasa sedikit dan Oki Setiana Dewi mungkin salah satunya, kalau boleh jujur memang manis kok wajahnya, gak kalah cantik deh dari artis yg lain. Iner Beauty ny itu lho, Subhanallah !!


Nama Oki Setiana Dewi langsung melambung, Setelah mendapatkan peran sebagai Anna Althafunnisa dalam film Ketika Cinta Bertasbih (KCB).Bagi Gadis kelahiran 13 Januari 1989 ini dunia peran bukanlah hal baru karena sebelumnya ia pernah bermain di FTV.
Selain itu ia juga punya segudang prestasi seperti :
  • Aktris Terbaik Festival Teater “Petang Kreatif” FIB UI 2008
  • Mahasiswa Baru Terbaik “Orientasi Kehidupan Kampus” UI [2007];
  • Juara II Speech Contest tk. SLTA se-Jabodetabek PPPG Bahasa, 2nd Winner Debating
  • Constest tingkat Provinsi Jawa Barat [2005];
  • Juara I Busana Muslim “Anak Negeri Lancang Kuning” se-Kepulauan Riau;
  • Princess Fotogenic Hotel Mulia Panorama Batam [2004];
  • Unggulan Covergirl Aneka Yess [2003];
  • Putri Bunga Argadia Tingkat Nasional di Jakarta.



Keterlibatan dirinya di film Ketika Cinta Bertasbih karena dukungan dari teman-temannya. “Tadinya aku nggak mau ikutan audisi karena yang aku tahu kalau dunia entertain itu glamour dan gemerlap, makanya aku lebih memilih kuliah dan berorganisasi saja, tapi temen-temenku tetap meyakinkan aku dengan alasan kalau penggagas di film ini orang-orang baik dan mempunyai kredibilitas dengan karya-karyanya yang mengajak ke arah positif,” papar gadis yang sudah mengenakan jilbab selama 4 tahun ini.



Ia juga ingin membuktikan bahwa gadis berjilbab pun bisa main film dan berprestasi tidak kalah dengan yang lainnya. “Hal ini juga sesuatu yang baik, kenapa nggak aku coba, masyrakat kita kan selalu meniru apa yang ditonton, aku berharap dengan peranku bisa membawa ke arah yang positif,” jelas cewek yang hobi menulis dan membaca ini.

Bagi mahasisiwi Sastra Belanda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia ini, ia akan tetap dijalur akting jika bisa memberikan manfaat bagi masyarakat. Namun jika sebaliknya ia akan kembali ke bangku kuliah dan insya allah akan menjadi ibu rumah tangga yang baik. Sekarang selain dirinya sudah mulai lebih dikenal, ia juga mengakui dengan terjun di dunia hiburan ia lebih banyak mendapat ilmu, wawasan dan pengalaman yang tidak mungkin ia peroleh jika hanya berada di kampus.


Profil Biodata Oki Setiana Dewi

Nama Lengkap : Oki Setiana Dewi
Nama Panggilan : Oki
Tempat Tanggal Lahir : Batam, 13 Januari 1989
Nama Ayah : Sulyanto
Nama Ibu : Yunifah Lismawati
Film Favorit : Ketika Cinta Bertasbih
Musisi Favorit : Opick
Hobby : Membaca, Menulis

Minggu, 23 Desember 2012

adakah pacaran islami?


baik kali ini kita akan membahas mengenai pacaran, adakah pacaran islami ? cara menggendalikan cinta?
Bagi remaja, bila istilah itu disebut-sebut bisa membuat jantung berdetak lebih kencang. Siapa sih yang nggak semangat bila bercerita seputar aktivitas pacaran ini? Semua orang yang normal pasti seneng. Apalagi yang digambarkan dalam cerita film dan novel, baik yang happy ending maupun unhappy ending kisah-kasih itu. Tetap mengasyikan. Pokoknya aktivitas baku syahwat yang memang bukan barang baru di kalangan remaja itu terus diekspos dan dibuat seolah-olah legal.

Punya tampang sekeren personelnya "Westlife"? Dijamin bakal dikejar-kejar kaum Hawa. Baik yang mengejar ingin dikencani maupun yang ingin nagih utang (hua..ha..ha..). Coba aja bayangin, wanita mana sih yang nggak deg-degan kalo lihat tampangnya si Mark atawa Kian? Wuih, histeris, Brur! Maklum cowok ABG yang tergabung dalam kelompok Westlife ini cool banget. Jadi nggak heran kalo anak cewek merasa nyaman dapat gacoan model begitu.

Bicara soal rasa cinta memang diakui mampu membangkitkan semangat hidup. Suer, nggak bohong! Termasuk anak masjid, yang katanya 'dicurigai' tak kenal cinta. Sama saja, anak masjid juga manusia, yang memiliki rasa cinta dan kasih sayang. Pasti dong, mereka juga butuh cinta dan dicintai. Soalnya, perasaan seperti itu wajar dan alami. Malah aneh bila ada orang yang nggak kenal cinta, jangan-jangan bukan orang. Nah, biasanya bagi remaja yang sedang kasmaran, mereka mewujudkan cinta dan kasih sayangnya lewat aktivitas pacaran. Kayak gimana sih? Deuuh, pura-pura nggak tahu. Itu tuh, cowok dan cewek yang saling tertarik, lalu mengikat janji dan akhirnya ada yang sampai hidup bersama layaknya suami-isteri. Padahal dalam Islam ada aturan mainnya. Nggak sembarangan sesuka udelnya.
Tapi celakanya, pacaran telah begitu mendarah daging dalam kehidupan masyarakat sekarang. Dan ternyata yang paling banyak mempraktekkan 'amalan' tersebut adalah remaja macam kamu. Dari mulai yang backstreet, karena takut ketahuan sama ortu, sampai yang berani tanpa tedeng aling-aling. Mulai cuma jalan berdua sambil pegangan tangan, sampai ada yang berani ke level berikutnya dan berikutnya. Berbahaya bukan?

Omong-omong soal pacaran, ternyata sekarang ada gosip baru tentang pacaran Islami. Ini kabar bener atau cuma upaya melegalkan aktivitas baku syhawat itu? Malah disinyalir, katanya banyak pula yang melakukannya adalah anak Rohis/anak masjid. Artinya mereka itu pengen Islam, tapi pengen pacaran juga? Ah, ada-ada saja! Masak 'segila' itukah kasusnya? Kalo ternyata benar, bagaimana dengan yang lain yang bukan 'anak masjid/anak rohis'? Weleh-weleh berat juga ternyata, ya?

Nggak Ada Pacaran Islami!

Memang betul, kalo dikatakan bahwa ada anak masjid yang meneladani tingkah James Van Der Beek dalam serial Dawson's Creek tapi bukan berarti kemudian dikatakan ada pacaran islami. Itu nggak benar. Tetap saja, siapapun yang melakukan aktivitas maksiat, tetap saja berdosa. Jangan karena yang melakukan adalah anak masjid lalu ada istilah pacaran Islami. Nggak bisa, jangan-jangan nanti kalo anak masjid kebetulan lagi nongkrongin judi rolet, disebut judi islami? Wah gawat bin bahaya, Non!

Tapi mungkin bukan itu yang dimaksud. Kita yakin kok, kalo yang namanya pacaran secara 'radikal', pasti anak masjid/anak rohis nggak bakal melakukannya. Malu. Bisa jadi itu alasannya. Tapi masalahnya adalah bagaimana ketika mereka mengekspresikan rasa cintanya, karena beliau-beliau juga manusia seperti kita. Barangkali sebagian anak masjid ataupun anak rohis menganggap boleh-boleh saja bila aktivitas pacaran itu tidak sebrutal pada umumnya. Boleh jadi itu dugaan dan anggapan. Disinilah perlunya pemahaman Islam yang benar dan tinggi. Jangan sampai aktivitas maksiat berubah menjadi halal hanya gara-gara pake embel-embel Islam. Nggak bisa dan memang nggak benar.

Tentu lucu bin menggelikan dong, bila suatu saat nanti teman-teman remaja yang berstatus anak masjid atau aktivis dakwah terkena 'virus' cinta kemudian mengekspresikan cintanya lewat pacaran. Tapi inget, aktivitas itu nggak bisa disebut pacaran islami, karena memang nggak ada istilah itu. Jangan salah sangka, mentang-mentang pacarannya pake jilbab, baju koko dan berjenggot, lalu mojoknya di masjid, kita sebut aktivitas pacaran Islami. Wah salah besar, itu. Dan yang jelas dosa besar! Suer, kita juga nggak pernah dengar istilah daging babi islami, hanya gara-gara disembelihnya dengan menyebut nama Allah, misalkan. Ya nggak? Begitulah, tak ada istilah pacaran islami, seperti halnya tak ada istilah daging babi islami. Catet itu, Brur!

Lalu bagaimana dengan sepak terjang teman-teman remaja yang terlanjur menganggap aktivitas baku sayhwatnya sebagai pacaran islami? Tentu saja itu dosa. Sekali lagi dosa! Iya dong, soalnya siapapun yang melakukan kemaksiatan jelas dosa sebagai ganjarannya. Apalagi anak masjid ataupun anak rohis. Malu-maluin aja.
Jadi memang pacaran islami itu nggak ada. Tapi kenapa istilah itu bisa muncul? Boleh jadi karena teman-teman remaja yang punya semangat keislaman tapi miskin tsaqofah(pemahaman) Islamnya. Modalnya cuma semangat doang. Karuan saja itu sangat berbahaya. Bukan apa-apa, mencintai Islam nggak cukup modal semangat yang menyala. Ilmunya juga kudu dipelajari. Kalo nggak kenal, tentu saja kita nggak bakal sayang sama Islam. Makanya harus mengenal Islam lebih jauh. Supaya bisa 'menyayanginya'. Bahkan akan membelanya jika ada orang yang berusaha memadamkan cahaya Islam. Remaja yang mencintai Islam tentu saja nggak bakal menodai Islam dengan aktivitas maksiatnya, seperti pacaran, misalkan. Itu nggak baik dan memang nggak bener. Kalo kamu dilanda cinta, kan nggak mesti diwujudkan dalam bentuk pacaran, iya, nggak?

Bagaimana Mengendalikan Cinta?

Siapa bilang cinta tak bisa dikendalikan? Bisa, Brur! Malah kalo tahu aturan mainnya enjoy saja, tuh. Barangkali yang merasa sulit mengendalikan cinta karena memang terlalu memanjakan hawa nafsunya. Bener kan? Aduh, bila yang terjadi demikian, berarti memang rada-rada sulit untuk bisa mengendalikan. Ibarat kamu lagi sakit, tapi tak berusaha untuk menyembuhkannya. Pantangan malah diterjang, ya, gawat. Gimana mau sembuh?

Memang betul, bila hati tengah dilanda cinta, serasa dunia milik sendiri dan cuma ingin membaginya kepada seseorang yang selalu ada di hati. Kemana saja dan di mana saja selalu ingat si dia (tapi hati-hati, jangan sampai lihat 'saudara-saudaranya' di kebun binatang jadi ingat si dia juga). Malah tak jarang yang akhirnya harus menderita karena cinta pula. Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam kitabnya yang berjudul "Raudhah Al Muhibbin wa Nuzhah Al Musytaqin" alias "Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu" mengutip sebuah kisah tentang 'kuatnya' cinta yang mampu membuat pelakunya tetap mencintai meski kekasihnya sudah di alam kubur. Heboh juga, ya? Atau kisah kasih Romeo and Juliet karya William Shakespeare yang evergreen alias selalu fresh. Sampai-sampai ada parodinya, Rojali dan Juleha, film Indonesia yang dibuat tahun 70-an dan dibintangi Benyamin S., Nanu "Warkop", dan Ida Royani. Bukan hanya itu, Chris Klein, Leelee Sobieski, dan Josh Hartnett ikut menghangatkan film remaja paling anyar, Here on Earth pun bikin remaja dibuai dengan percintaan. Itulah fakta bahwa cinta memang bikin hidup lebih hidup (sori, nggak bermaksud nyontek pameo Losta Masta!)

Dan perlu diketahui 'virus' cinta bisa menimpa siapa saja, termasuk anak masjid atawa aktivis dakwah di sekolah/kampus. Iya, dong, soalnya mereka juga manusia. Bisa sedih, bisa gembira. Sangat mungkin untuk sakit hati, dan sekaligus bisa berbunga-bunga. Namun tentu saja kadar kesedihan dan kegembiraannya berbeda-beda satu sama lain. Nah, berkaitan dengan urusan cinta ini, anak masjid bukan berarti 'ma'sum' dari melakukan aktivitas itu. Bisa saja mereka berbuat begitu. Tapi tentu saja, akan sangat hebat bila ketaatan kepada Islam mampu menenggelamkan hawa nafsunya dari berbuat maksiat. Disinilah perlunya ilmu untuk mengendalikan cinta supaya nggak liar tak karuan. Kalo liar bisa gawat. Apalagi menimpa anak masjid atawa aktivis dakwah di sekolah. Malu dong, kalo sampe aktivis dakwah pacaran. Bukan hanya memalukan, tapi juga dosa.

Setiap orang boleh mencintai dan dicintai. Itu haknya, termasuk remaja seusia kamu. Tapi bukan berarti kemudian menghalalkan segala cara, seperti melakukan pacaran. Brur, aktivitas itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Kamu kan seorang muslim, masak mau melakukan tradisi yang bukan berasal dari Islam. Suer, budaya pacaran itu tak dikenal dalam kamus ajaran Islam. Nggak ada itu. Catet, ya! Yakin deh, cinta itu bisa dikendalikan. Yang nggak bisa itu adalah dimatikan. Ini memang urusan hati. Jadi sejauh mana hati kita bisa menahan hawa nafsu yang bergejolak dalam gairah jiwa muda kita. Kamu tetap harus tahu aturan main dalam Islam. Wajib kamu ketahui, bahwa
Islam tak pernah mengekang umatnya. Kalaupun ada aturan yang menurut kamu mengekang aktivitas kamu. Kamu jangan salah paham. Itu adalah upaya Islam untuk menyelamatkan umatnya. Ya, itulah 'risiko' kamu milih Islam, yang tentu saja itu adalah pilihan terbaik buat kamu.
Lalu bagaimana langkah riil dalam mengendalikan cinta? Begini sobat, hal yang paling mendasar sebagai seorang muslim kamu kudu beriman kepada Allah SWT. Dan keimanan kepada Allah itu bukan cuma mengimani keberadaan-Nya saja, yakni hubungan penciptaan (shilatul kholqi), tapi sekaligus harus ada hubungan ketaatan terhadap perintah-perintah Allah (shilatul awaamir). Nah, dengan kata lain, wajib taat terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Firman Allah SWT:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata." (Al Ahzab: 36).

Ketaatan kamu itu akan menciptakan dinding yang tebal agar kamu tak tergoda untuk melihat atau melakukan aktivitas yang tak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Terus kamu juga kudu memahami bahwa perasaan cinta itu muncul jika ada rangsangan dari luar. Maka langkah bijak dan logis adalah menutup seluruh peluang yang bisa membuat kamu tergoda untuk melakukannya. Hindari aktivitas yang menjurus kepada pikiran-pikiran kamu tentang cinta yang liar sehingga kamu merasa gatal bila tak menempuh jalur pacaran untuk mengekspresikan cinta kamu. Sebaliknya kamu harus menyibukkan diri dalam aktivitas yang tidak bersentuhan dengan perasaan-perasaan cinta terhadap lawan jenis kamu. Olah raga atau full ngurus pengajian, insya Allah cara itu bisa mengusir keinginan kamu untuk melakukan pacaran.

Pilih mana; Nikah atau Zina?

Idih, ngeri bin serem! Pilih nikah dong! Aman dan dapat pahala. Iya, nggak? Tapi sebentar, kita kan masih sekolah, masak mau nekat nikah, sih? Ya, itu persoalannya.

Jadi begini sobat, tadi kita sudah sepakat bahwa tak ada istilah pacaran islami. Betul, kan? Terus kamu juga sudah tahu bagaimana mengendalikan cinta. Masalahnya sekarang tak ada jalan lain bila kamu tetap ngotot ingin menyalurkan 'aspirasi' kamu kepada lawan jenis kecuali nikah. Nikah adalah sarana legal dan aman secara syar'i untuk menumpahkan kasih sayang kita seutuhnya kepada lawan jenis kita. Firman Allah SWT.:

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Ar Ruum: 21)

Bahkan Al Quran juga menyisipkan larangan untuk berbuat zina. Allah SWT berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Al Isra: 32).

Inilah Al Quran pedoman yang paripurna yang bakal menyelamatkan kita.
Nah, itu memang tuntunan Al Quran. Tapi lain lagi dengan tuntunan para selebriti yang telah menancapkan pengaruhnya lewat perilaku hidupnya. Selebriti mana sih yang bersih dari perbuatan ini? Masih ragu-ragu menunjuk selebriti mana yang alim. Bukan apa-apa, ketika ia memilih karir dan 'pekerjaan' sebagai artis, sejak saat itulah ia mulai melangkah meninggalkan ajaran Islam yang suci. Terus terang, sudah menjadi rahasia umum kan bila mayoritas kehidupan kaum selebritis akrab dengan kemaksiatan.

Celakanya, remaja sekarang justeru mencontek abis gaya hidup artis pujaannya. Termasuk sebagian anak masjid, lho. Disinilah perlunya pemahaman Islam.

Kembali ke urusan cinta. Memang bila kamu tetap ngotot ingin berkasih-sayang dengan putri pujaan kamu. Atau untuk yang putri dengan 'Arjuna' pilihannya. Ya, sudah, nikah saja. Habis perkara. Iya, nggak? Kalo ternyata masih mikir-mikir karena masih sekolah. Mendingan keinginan itu 'dikubur' dulu untuk sementara. Kamu fokuskan dulu belajar. Tapi ingat, jangan coba-coba nekat untuk 'mendekati' kekasihmu dengan cara pacaran.

Soalnya Non, pacaran itu adalah pintu gerbang menuju perzinaan. Makanya, kita wanti-wanti banget jangan sampai kamu ngotot melakukan aktivitas baku syahwat yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Jadi sekali lagi, pacaran islami itu nggak ada dalam kamus ajaran Islam. Kalaupun boleh mengatakan, ada sih 'pacaran islami', yakni nikah dulu!
Begitu, Non!

Pacaran? Ta'aruf sambil Pacaran? Pacaran Islami?


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

ALHAMDULILLAH, SEGALA PUJA-PUJI HANYA MILIK ALLAH SWT. YANG TERUS MEMBERI KITA NIKMAT-NIKMATNYA YANG TIADA TERPUTUS.
SHALAWAT SERTA SALAM TAK LUPA PULA SELALU KITA HATURKAN KEPADA USWATUN HASANAH RASULULLAH MUHAMMAD SAW. SERTA PARA KELUARGA, SAHABAT DAN PENGIKUTNYA HINGGA AKHIR ZAMAN.



Begini ukhwatifillah rahimakumullah, di zaman sekarang kita selalu temui fenomena anak muda yang disebut "pacaran". ya, umumnya ini terjadi pada remaja yang mulai memiliki rasa tertarik pada lawan jenisnya, namun salah mengartikan pacaran sebagai media rasa tertariknya itu. pacaran sendiri serin dikaitkan dengan zina, maka itu, supaya tidak terjerumus lebih jauh, yuk, akhi ukhti kita bahas disini :)

Pacaran dari Sudut Pandang Islam
Nah, akhi ukhti, mungkin antum sekalian udah menemukan di beberapa artkel lain mengenai hal ini. dalam Islam, pacaran ditakutkan menjadi media untuk berzina. ya, pacaran dapat membujuk untuk menerjang larangan Allah dan melalaikan perintah Allah. Dimulai dari pandangan, mata yang saling menatap menimbulkan rasa tertarik atau yang disebut naksir bukan cinta. Timbullah "dari mata turun ke hati", mulailah terpacu untuk mendekati dan mendapat perhatian dari yang ditaksir itu. sms, surat cinta, telepon, social media, semuanya diladeni demi berhubungan dengan "dia". Mulai mengenal lebih dekat, bertemu-bertatapan, bergandeng tangan, berdua menyepi, saling merayu. Inilah yang ditakutkan oleh Islam dari berpacaran. seperti sabda Rasulullah saw berikut:

“Ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, akan diperolehnya hal itu, tidak bisa tidak. Kedua mata itu berzina, zinanya dengan memandang. Kedua telinga itu berzina, zinanya dengan mendengarkan. Lisan itu berzina, zinanya dengan berbicara. Tangan itu berzina, zinanya dengan memegang. Kaki itu berzina, zinanya dengan melangkah. Sementara itu, hati berkeinginan dan beranganangan sedangkan kemaluan yang membenarkan itu semua atau mendustakannya.” (H.R. Muslim: 2657, alBukhori: 6243)
Al Imam an Nawawi rahimahullah berkata: “Makna hadits di atas, pada anak Adam itu ditetapkan bagiannya dari zina. Di antara mereka ada yang melakukan zina secara hakiki dengan memasukkan farji (kemaluan)nya ke dalam farji yang haram. Ada yang zinanya secara majazi (kiasan) dengan memandang wanita yang haram, mendengar perbuatan zina dan perkara yang mengantarkan kepada zina, atau dengan sentuhan tangan di mana tangannya meraba wanita yang bukan mahromnya atau menciumnya, atau kakinya melangkah untuk menuju ke tempat berzina, atau melihat zina, atau menyentuh wanita yang bukan mahromnya, atau melakukan pembicaraan yang haram dengan wanita yang bukan mahromnya dan semisalnya, atau ia memikirkan dalam hatinya. Semuanya ini termasuk zina secara majazi.” (Syarah Shohih Muslim: 16/156157)
Nah, seperti yang kita tahu, haram=dosa. Maka adakah dari pacaran kita senantiasa menahan pandangan dari "dia" ? sedangkan akhwat tanpa mahrom bila kita pandangi itu = haram= dosa. Astaghfirullah.


Ta’aruf Dengan Pacaran, Bolehkah?
Nah, lalu adalagi istilah pacaran sebagai media mengenal(ta'aruf). Ini merupakan pergeseran pengertian karena adanya toleransi terhadap budaya buruk. Cepat berstighfar, itu merupakan isikan setan, "aku kan pacaran cuma buat mengenal", "kalo ga pacaran gimana bisa mengenal satu sama lain?" itu salah. Menurut sabda Rasulullah yang bermakna, bahwa lelaki dilarang bercampur-baur dengan wanita yang belum resmi untuknya. maka sama saja itu haram bila terikat dengan pacaran, karena condong mempermudah akses menerjang larangan yang telah diatur.
 



Adakah Pacaran Islami?
Ada lagi muncul istilah "pacaran islami". tidak lain dan tidak bukan ini merupakan bisikan setan yang secara halus dan perlahan mulai merusak mainset para pemuda Islam "pacaranku kan berbasis Islami", "kami mengingatkan kepada Allah", dll. HEI! silahkan hitung plusnya dari pacaran islami itu. Contoh, kalian saling mengingatkan untuk mengaji, apakah benar niat kalian mengaji saat itu ikhlash semata-mata karena Allah, atau hanya karena dia? apakah mengaji kalian itu akan khusyuk? tentu yang terbayang dari ayat yang kalian baca itu hanyalah raut wajah "dia" bukan keesaan Allah swt.

“Katakanlah (wahai Muhammad) kepada lakilaki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Dan katakanlah kepada wanitawanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka” …. (Q.S. anNur [24]: 3031)
Tidak tahukah mereka bahwa wanita merupakan fitnah yang terbesar bagi laki-laki? Rosululloh shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnahnya wanita.” (H.R. al-Bukhori: 5096)

Segeralah Menikah Bila Sudah Mampu
Para pemuda yang sudah berkemampuan lahir dan batin diperintahkan agar segera menikah. Inilah solusi terbaik yang diberikan Islam karena dengan menikah seseorang akan terjaga jiwa dan agamanya. Akan tetapi, jika memang belum mampu maka hendaklah berpuasa, bukan berpacaran. Rosululloh shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu menikah maka segeralah menikah karena sesungguhnya menikah itu lebih menjaga kemaluan dan memelihara pandangan mata. Barang siapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa menjadi benteng (dari gejolak birahi).” (H.R. al-Bukhori: 5066)
Al-Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan: “Yang dimaksud mampu menikah adalah mampu berkumpul dengan istri dan memiliki bekal untuk menikah.” (Fathul Bari: 9/136)
Dengan menikah segala kebaikan akan datang. Itulah pernyataan dari Alloh subhanahu wa ta’ala yang tertuang dalam Q.S. ar-Rum [30]: 21. Islam menjadikan pernikahan sebagai satu-satunya tempat pelepasan hajat birahi manusia terhadap lawan jenisnya. Lebih dari itu, pernikahan sanggup memberikan jaminan dari ancaman kehancuran moral dan sosial. Itulah sebabnya Islam selalu mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi manusia untuk segera melaksanakan kewajiban suci itu.

Nasihat

Janganlah ikut-ikutan budaya Barat yang sedang marak ini. Sebagai orang tua, jangan biarkan putra-putrimu terjerembab dalam fitnah pacaran ini. Jangan biarkan mereka keluar rumah dalam keadaan membuka aurat, tidak memakai jilbab[1] atau malah memakai baju ketat yang membuat pria terfitnah dengan penampilannya. Perhatikanlah firman Alloh subhanahu wa ta’ala:
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Alloh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. alAhzab [33]: 59)
Islam bukan kaku dan keras terhadap para penganutnya, hanya saja Islam tidak rela kehormatan penganutnya dirusak oleh budaya setan yang meruntuhkan. Islam bukan keras, tapi Peduli akan Kehormatanmu :)\

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

By muhammad richard

 

Asmara Aktivis Rohis






Anak Rohis juga manusia. Punya hati, punya rasa. Juga, tentu punya rasa suka dan bisa jatuh cinta. Huhuy! Justru kalo anak rohis nggak pernah bisa merasa jatuh cinta adalah kagak normal, atau jangan-jangan bukan makhluk hidup. Wacks! Ya iyalah, kalo masih merasa manusia sih ya pasti punya rasa cinta. Hewan aja punya kok. Selama masih hidup. Tapi tentu manusia punya aturan dalam mengekspresikan cintanya. Ada syariat yang harus ditaati. Kalo hewan nggak ada syariat yang harus mereka taati. Bener lho.
Kalo manusia sih untuk mencintai manusia lainnya harus jelas aturan mainnya. Kalo hewan? Nggak ada. Emang pernah dengar ada kambing jantan yang tertarik dengan kambing betina terus mereka mengikatnya dengan khitbah untuk seterusnya menikah dan diramein dengan pesta ngundang tamu dan diiringi hiburan nasyid? Hihihi.. film kartun kaleee!
Bro en Sis, karena aktivis Rohis (kerohanian Islam) juga punya rasa suka dan rasa cinta, pasti mereka pernah dong ngalamin yang namanya DDA alias debar-debar asmara. Meskipun dalam mengekspresikannya agak sedikit beda ama remaja umumnya. Kalo remaja umumnya langsung kenalan, terus janjian dan jadian deh dalam ikatan bernama pacaran. Kalo anak Rohis? Kalo untuk pacaran secara terang-terangan kayaknya jarang ada. Mungkin mereka malu. Tapi kalo yang dikamuflase dengan istilah “pacaran islami” kayaknya banyak deh. Ini juga sering dianggap sebagai pembenaran atas aktivitas yang dilakoninya. Halah!
Ngaji doyan, pacaran kuat
Nah lho, nggak salah nih ngasih subjudul? Hehehe... kamu jangan protes dulu dong. Banyak juga lho yang ngaji tapi pacarannya minta ampun kuatnya. Ini khusus berlaku buat yang ngajinya cuma ikut-ikutan or emang nggak paham. Termasuk yang ngerasa udah tahu tentang hukum Islam, tapi nggak sampe paham dan cuma teori doang, sementara praktiknya nol gede. So, cuma modal semangat aja, tanpa pengen paham lebih dalam. Kadang, ada juga lho yang emang nafsunya lebih gede ketimbang nalarnya. Maaf ye bagi yang kesinggung. Itu tandanya dirimu masih manusia. Ya iyalah, kalo monyet sih dihina ama dipuji tetep diem aja kagak ngarti, boro-boro tersinggung. Jadi, kalo masih tersinggung berbahagialah karena kamu masih manusia. Pletak!
Oya, gaya pacaran aktivis Rohis agak lain. Awalnya sih ukhuwah, tapi kebablasan jadi demenen. Mulanya cuma bergaul sesama pengurus pengajian, lama-lama muncul benih-benih cinta. Bersemi dalam dada dan melahirkan kerinduan. Huhuy! Ati-ati, bisa gaswat!
Sobat muda muslim, jangan heran or jangan kaget, sebab siapa pun orangnya, termasuk anak ngaji, bisa tumbuh dalam dirinya rasa cinta, rasa sayang, juga pengen memiliki begitu ngelihat lawan jenisnya. Ser-seran aja dalam dada kalo kebetulan bertemu di masjid or di perpustakaan. Bergetaran dalam jiwa (apalagi kalo ditambah naik bajaj, dijamin vibrasinya lebih kuat tuh! Halah!). Pokoknya, seperti ada yang bergejolak dalam hati. Tapi sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata (cieee…). Pokoknya, bikin jantung berdetak dua kali lebih kenceng deh. But, itu wajar kok. Namanya juga manusia. Suer.
Malah boleh jadi, kalo iman kamu nggak kuat-kuat amat, bisa-bisa kecemplung melakoni aktivitas pacaran layaknya mereka yang masih awam dengan ajaran Islam. Maklumlah sobat, kalo nafsu udah jadi jenderal, akal sehat jadi keroconya. Celaka dua belas euy!
Saat cinta mulai bersemi
Cinta itu ibarat jelangkung. Datang nggak dijemput, pulang pun nggak dianter. Suka tiba-tiba aja datangnya. Udah gitu, nggak mengenal status lagi. Mau doi pelajar, guru, tokoh masyarakat, anak ngaji, ulama, dan bahkan kepala negara. Cinta bakalan tumbuh di dada mereka. Kamu masih inget kali ye kasusnya Bill Clinton dan Monica Lewynski? Hmm.. itu perselingkuhan yang mengguncang Gedung Putih beberapa tahun lalu. Geger seisi dunia. Awalnya, jelas rasa cinta. Meski akhirnya disalip oleh hawa nafsu.
Hati-hati lho, anak ngaji juga bisa tergoda saat cinta mulai bersemi. Ehm..ehm.. (ditambah pura-pura batuk nih) kamu jadi sering tampil klimis kalo pergi ke sekolah or kampus. Dandanan jadi rapi jali. Pendek kata, pengen tampil beda dan sempurna di hadapan sang pujaan hati. Sering terjadi lho. Cinta lokasi sesama aktivis pengajian. Wajar euy, sebab cinta itu naluriah. Udah built-in saat manusia diciptakan oleh Allah Swt. Dalam salah satu firmanNya disebutkan:”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,” (QS Ali Imraan [3]:14)
Cuma masalahnya, saat cinta mulai bersemi, jarang ada yang bisa bertahan dari godaannya yang kadang menggelapkan mata dan hati seseorang. Jangan heran dong kalo sampe ada yang nekat pacaran. Wah, aktivis pengajian kok pacaran? Malu atuh!
Kalo udah gitu, bisa ngerusak predikat tuh. Bener. Sebab, serangan kepada orang yang dianggap tahu dan paham agama lebih kenceng. Jadi kalo ada aktivis pengajian (anak Rohis) yang pacaran, orang di sekililing mereka dengan sengit mengolok-olok, mencemooh, bahkan mencibir sinis. Kejam juga ya? Bandingkan dengan orang yang belum paham agama, atau nggak aktif di organisasi kerohanian Islam, biasa-biasa aja tuh. Sobat, inilah semacam ‘hukuman sosial’ yang kudu ditanggung seseorang yang udah dipandang ngerti. Padahal, sama aja dosanya. Tapi, seolah lebih besar kalo itu dilakukan oleh aktivis pengajian. Gawat!
Jadi hati-hati deh, jangan sampe kamu kebablasan jadi demenan, padahal kamu niat awalnya mau menjalin ukhuwah sesama aktivis Rohis. Jadi, jelas emang kudu ada aturan mainnya. Nggak sembarangan bergaul, lho.
Jangan main api dong!
Iya, bara bisa jadi api yang berkekuatan besar dalam membakar apa saja yang ada di hadapannya, manakala kita rajin ngipasin. Makanya, jangan main bara api nafsu, bisa berabe dan bikin banyak dosa. Kejahatan terjadi bukan karena niat pelakunya saja, tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah! (hei! kok kayak Bang Napi sih? Hihihi...). Gaul bebas bisa bablas euy!
Oke deh, supaya gaul kamu sesama aktivis pengajian selamat di dunia dan di akhirat, ada beberapa poin yang kudu diperhatikan. Jangan sampe ukhuwah malah berubah jadi pacaran.
Pertama, kurangi frekuensi pertemuan yang nggak perlu. Memang, kalau sudah cinta, berpisah sejam serasa 60 menit, eh maksudnya sewindu (lama amat! Hiperbolis nih!). Bawaannya pengen ketemu melulu. Ini nggak sehat, Bro. Perbuatan seperti itu bukannya meredam gejolak, tapi akan memperparah suasana hati kita. Pikiran dan konsentrasi kita malah makin nggak karuan. Selain itu bukan mustahil kalo kebaikan yang kita kerjakan jadi tidak ikhlas karena Allah. Misal, karena si doi jadi moderator di acara pengajian, eh kita bela-belain datang karena pengen ngeliat si doi, bukan untuk nyimak pengajiannya itu sendiri.
Yup, kurangi frekuensi pertemuan, apalagi kalau memang tidak perlu. Kalo sekadar untuk minjem buku catatan, ngapain minjem pada si doi, cari aja teman lain yang bisa kita pinjam bukunya. Lagipula, kalo kamu nggak sabaran, khawatir ada pandangan negatif dari si doi. Bisa-bisa kamu dicap sebagai ikhwan agresif atau akhwat yang genit. Zwing...zwing.. gubrak!
Kedua, jangan ‘menggoda’ dengan gaya bicara dan penampilan yang gimanaa.. gitu. Jadi jangan saling memberi perhatian. Bisa-bisa diterjemahkan lain lho. Ati-ati deh. Firman Allah Swt. (yang artinya):”Jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu terlalu lemah lembut (mengucapkan perkataan), nanti orang-orang yang dalam hatinya ragu ingin kepadamu. Dan berkatalah dengan perkataan yang baik. (QS. al-Ahzab [33]: 32)
Ketiga, menutup aurat. Nggak salah neh? Kalo aktivis kan udah ngeh soal itu Bang? Bener. Harusnya memang begitu. Tapi, banyak juga yang belum tahu bagaimana cara mengenakan busana sesuai syariat. Akhwatnya masih pake kerudung gaul yang ‘cepak’ abis! (kalo yang bener kan ‘gondrong’. Maksudnya lebar gitu lho.). Iya, kerudungnya aja modis banget. Pake gaya dililit ke belakang, dan untung aja nggak ditarik lagi ke atas (gantung diri kalee..). Terus, bibirnya dipoles lipstik tebel-tebel. Bedakannya menor pula. Minyak wanginya? Bikin ikan sekolam teler! (apa hubungannya?)
So, buat para akhwat, jangan tabarujj deh. Duh, kebayang banget lucunya kalo aktivis pengajian tabarujj alias tampil pol-polan dengan memamerkan kecantikannya. Allah Swt. berfirman: “...dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS al-Ahzab [33]: 33)
Keempat, kurangi berhubungan. Mungkin ketemu langsung sih nggak, tapi komunikasi jalan terus tuh. Mulai dari sarana ‘tradisional’ macam surat via pos, sampe yang udah canggih macam via telepon, HP, dan juga internet. Wuih, ketemu langsung emang jarang, tapi kirim SMS dan nelponnya kuat. Apalagi kalo urusan chatting, pake ada jadwalnya segala. Udah gitu, kirim-kirim e-mail pula. Hmm... jadi tetep berhubungan kan? Emang sih bukan masuk kategori khalwat. Tapi itu bikin suasana hati makin nggak kondusif karena mikirin si dia aja. Nggak percaya? Don’t be tried! Jangan dicoba!
Kelima, jaga hati. Ya, meski sesama aktivis Rohis, bisikan setan tetap berlaku. Bahkan sangat boleh jadi makin kuat komporannya. Itu sebabnya, kalo hatimu panas terus karena panah asmara itu, dinginkan hati dengan banyak mengingat Allah. Mengingat dosa-dosa yang udah kita lakukan ketika sholat dan membaca al-Quran. Firman Allah Swt.: “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang.” (QS ar-Ra’du [13]: 28)
Oke deh, kamu udah punya modal sekarang. Hati-hatilah dalam bergaul dengan teman satu pengajian. Jaga diri, kesucian, dan kehormatan kamu dan temanmu. Jangan nekat berbuat maksiat. Kalo udah kebelet, (emangnya buang hajat?) segera menikah saja kalo emang udah mampu. Kalo belum mampu karena masih sekolah? Banyakin aktivitas bermanfaat dan seringlah berpuasa.
Emang sih kalo pengen lebih mantap solusinya, kudu ada kerjasama semua pihak; individu, masyarakat dan juga negara. Hmm.. soal cinta juga urusan negara ya? Yup, negara wajib meredam dan memberantas faktor-faktor yang selalu ngomporin masyarakat untuk berbuat yang negatif. Jadi, jangan sampe ukhuwah kita berubah jadi demenan! Pokoknya, malu atuh kalo ngajinya getol, tapi pacaran juga puool. Catet yo! 

Pengurus ROHIS pacaran???


Begitulah permasalahan nyata yang harus dihadapi organisasi dakwah sekolah ini. Berbagai pihak mengaku sangat disayangkan jika pengurus rohis yang harusnya menjadi contoh yang baik malah ikut-ikutan terjerumus ke dalam zona terlarang ini. Tidak dapat dipungkiri pacaran memang tak selalu berakhir zina, tapi
hampir semua zina diawali dengan pacaran. Kok ya bisa bangga gitu dengan pacaran? apa yang membuat pacaran begitu digandrungi oleh pemuda-pemudi jaman sekarang? bahkan sampai pengurus rohis aja ikut-ikutan pacaran, begitulah tipu muslihat setan untuk membalikkan pandangan umat. Padahal dengan tidak berpacaran, harusnya kita bersyukur telah dijauhkan dari zina.

Belajar dari pengalaman di organisasi, pacaran hanya akan berdampak buruk bagi organisasi tersebut. Pertama, lebih mementingkan pacaran dibandingkan organisasi. Kedua, kalau kedua sejoli terebut ada masalah biasanya yang jadi korban adalah organisasinya, kinerja menurun bahkan harus sampai kehilangan salah satu dari sejoli tersebut atau malah keduanya sekaligus.

Pengurus Rohis mempunyai tanggung jawab besar untuk menjalankan syariat agama dengan benar dan menjadi suri tauladan. Nah, kalau pacaran bagaimana bisa menjalankan syariat agama dengan benar. Pengurus Rohis adalah orang-orang pilihan Allah yang diberi nikmat kesadaran hati untuk melihat mana yang benar dan mana yang salah menurut agama. Agama sudah menggariskan batasan-batasan tersebut secara jelas, tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Emang Akhwat Bisa Jatuh Cinta...?!


Wah, ngomongin tentang cinta. Akhwat?!Jatuh cinta?! Emang bisa?!
Woi, woi, akhwat juga manusia, akhwat juga bisa jatuh cinta, seakhwatnya akhwat juga punya rasa cinta, benci, suka, dll.
Nih, salah satu contoh percakapan dua orang akhwat:
Nayla: “ras, mau nanya donk!”
Laras: “nanya apa?!“
Nayla: “tapi, kamu jawab yang jujur ya!”
Laras: “iya, emang apa?”
Nayla: “kamu pernah jatuh cinta ga?”
Laras terdiam cukup lama. Sambil berjalan di gang yang tak begitu lebar, Laras menanyakan pada dirinya sendiri: ”Pernahkah aku jatuh cinta?”
Nayla yang berjalan di depan Laras memperlambat langkah agar mereka bisa berjalan sejajar dan Nayla menunggu jawaban dari Laras.
Laras: “iya, pasti-lah pernah!” (bohong, jika ada yang mengatakan tidak pernah jatuh cinta, pikir Laras)
Nayla: “sama ikhwan?! Baru-baru ini?! (Nayla hanya memastikan bahwa sahabatnya itu pernah jatuh cinta dengan ikhwan; akhwat jatuh cinta sama ikhwan!)
Laras: “emmm, mungkin lebih tepatnya kagum! Ya, kagum! Hanya sebatas itu.” (Laras mengoreksi jawabannya. Laras pikir selama ini rasa itu hanya sebatas rasa kagum, gak lebih)
Nayla: “yup! Lebih tepatnya kagum! Aku kira orang kayak kamu gak bisa jatuh cinta!”
Laras: “loh, kenapa kamu mikir kayak gitu?!”
Nayla: “ya, akhwat kayak kamu itu kayaknya gak mungkin punya perasaan apa-apa sama ikhwan, gak mungkin jatuh cinta. Kamu itu kalem, pendiem, berwibawa banget. Ya gak mungkin-lah.”
Laras: “Tapi, nyatanya, aku bisa kagum juga kan sama ikhwan?! Itu mah fitrah kali!”
Yup! Yang namanya kagum, apalagi kagum antar lawan jenis, hal itu mah wajar-wajar aja. Yang gak wajar itu, kalo rasa kagum yang ada pada diri kita malah membuat kita melakukan hal-hal yang gak sepantasnya dilakukan (apaan tuh?!), apalagi oleh ikhwan akhwat loh. Berat euy sandangan ikhwan akhwat itu. Yang ada di pikiran kebanyakan orang nih, yang namanya ikhwan akhwat itu gak nganut yang namanya pacaran. Ikhwan akhwat lebih nganut system ta’aruf sebelum nikah. Gaya pacaran ikhwan akhwat, ya setelah mereka nikah nanti.
Nih, bukti kalo orang umumnya udah nganggap ikhwan akhwat gak nganut system pacaran.
Di sela-sela praktikum ada sebuah kelompok yang isinya perempuan semuanya bahkan asisten laboratoriumnya (aslab) juga perempuan. Saat menunggu campuran di refluks, yang namanya perempuan kalo lagi gak ada kerjaan pasti ngobrol-ngobrol. Nah, di saat-saat menunggu itulah, terjadi sebuah obrolan di antara kelompok itu bersama aslab-nya. Dan yang diomongin sama perempuan ya gak jauh dari laki-laki. Mereka membicarakan tentang pacar mereka satu persatu. Di kelompok tersebut ada seorang akhwat. Nah, ketika semuanya telah bergiliran menceritakan tentang pacarnya, tinggal si akhwat inilah yang belum bercerita. Kemudian akhwat ini bertanya: “Kok pada gak nanyain aku sih?”, dengan gaya sok lugunya.
Sang aslab-pun langsung spontan menjawab: “kalo kamu mah gak usah ditanyain, nanti juga tiba-tiba undangan nyampe di tanganku.”
Ya, itulah pandangan orang pada umumnya tentang ikhwan akhwat yang gak nganut system pacaran.
Lantas, bagaimana sebenarnya kondisi interaksi ikhwan akhwat itu sendiri?! Apakah seperti yang di duga kebanyakan orang pada umumnya?! Akankah interaksi yang dilihat selama ini di luaran sama seperti yang aslinya?!
Banyak orang yang memperhatikan bahwa ikhwan akhwat itu sangat menjaga dalam berinteraksi. Namun terkadang, ikhwan akhwat juga bisa khilaf. Loh kok khilaf?! Maksudnya apa?!
Ada hal-hal yang terkadang sulit dilakukan ikhwan akhwat untuk menjaga interaksi itu. Misalnya nih, pada saat praktikum, akan banyak kemungkinan bagi ikhwan akhwat untuk bersentuhan. Eits, bersentuhan di sini bukan karena di sengaja loh, tapi memang kondisi praktikum yang membuatnya bisa seperti itu. Interaksi seperti ini mungkin masih bisa diwajarkan jika memang tidak bisa dihindari lagi. Tapi kalo masih bisa dihindari, ya di minimalisir.
Ada lagi misalnya, ketika ikhwan akhwat berkecimpung di sebuah organisasi. Entah itu organisasi seperti BEM atau Musholla sekalipun. Adakalanya ketika berinteraksi di BEM misalnya, terkadang sulit untuk menundukkan pandangan atau tidak bercanda secara berlebihan. Hal ini mungkin masih bisa dimaklumi karena kondisinya yang cukup heterogen. Kalo kata seseorang: “ya, jangan kaku-kaku amat!” Tapi, kalo kondisinya lebih banyak orang yang paham akan batasan interaksi, apakah itu diwajarkan?! Dijawab sendiri ya sama diri masing-masing.
Namun akhirnya bukan pembenaran yang muncul dengan kondisi seperti itu. Ikhwan akhwat tetap harus menjaga interaksi. Atau kalaupun akhirnya memang tidak bisa dihindari untuk ‘mencair’, ya sudah lakukanlah interaksi itu sewajarnya. Ikhwan akhwat aktivis da’wah biasanya punya system pengentalan tersendiri. Tiap orang punya cara yang berbeda untuk ‘mengentalkan’ dirinya kembali.
Misalnya, Rama, seorang aktivis BEM, yang setiap melakukan ‘pencairan’ dan dia tersadar bahwa dirinya telah melakukan hal ‘pencairan’ tersebut, dia pun langsung ke sebuah ruangan, shalat dua rakaat. Temannya, Beno, yang melihat hal itu terus menerus heran. Kenapa heran?! Karena waktu itu bukan termasuk waktu dhuha, lantas Rama itu shalat apa? Dengan rasa penasaran Beno pun bertanya kepada Rama yang baru selesai shalat.
“Akhi, ini kan bukan waktu dhuha, dan tempat ini juga bukan masjid, antum shalat apa, dua rakaat? Dhuha bukan, tahiyatul masjid juga bukan.”
“Akhi, sesungguhnya tadi kita telah melakukan ‘pencairan’, maka ana melakukan pengentalan diri ana dengan shalat sunnah dua rakaat. Agar diri ini tidak melakukan pembenaran atas apa yang barusan kita lakukan.”
Ya, tiap orang punya mekanisme pengentalan tersendiri. Ibarat suatu fluida, jika dia berada di tempat yang sempit atau berada di suatu pipa yang diameternya kecil, maka untuk dapat melewati itu, dia perlu mengurangi kekentalannya, sehingga fluida itupun dapat mengalir dengan lancar. Namun jika memang fluida itu telah berada di pipa dengan diameter yang lebih besar, maka kekentalannya perlu dikembalikan seperti semula agar mengalirnya fluida itu tetap konstan seperti aliran sebelumnya.
Bahkan, ikhwan akhwat yang berkecimpung di Musholla pun tak terlepas dari hal ini. Kadang, walupun interaksi di batasi dengan hijab pandangan, hijab hati belum tentu bisa di jamin. Ingat dulu yuk, firman Allah: “Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati” (QS 64:4).
Ingat! Apa yang tersembunyi dalam hati kita, Allah juga akan mengetahuinya. Bisa saja kelihatan dari luar, interaksi ikhwan akhwat biasa-biasa saja, namun ternyata di balik hatinya atau di balik hijab itu ada ‘sesuatu’ yang aneh dengan interaksi itu. Ya, semoga kita bukan termasuk ke dalamnya. Kalaupun sudah terlanjur berbuat seperti itu maka marilah kita sama-sama mengazamkan dalam diri untuk menjaga interaksi itu.
Ada kasus juga ikhwan yang curhat ke akhwat ataupun sebaliknya. Misalnya saling menganggap saudara sehingga dalam berinteraksi ya layaknya saudara kandung. Memang betul sih, bahwa persaudaraan yang dibangun ‘di sini’ atas dasar keimanan bukan pertalian darah. Walaupun hanya menjadikan tempat curhat dan gak lebih dari sekedar saudara, tapi sebaiknya tetap berhati-hati karena masalah hati gak ada yang tau. Tetap saja, itu bukan mahramnya kalaupun toh mau berakrab-akrab ria. Bisa aja hari ini curhat-curhatan, eh besoknya mulai timbul ‘rasa’ yang berbeda. Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa menganggu da’wah. Apalagi bila yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan da’wah. Atau bisa saja si ikhwan menganggap si akhwat sebagai saudara biasa, tapi ternyata si akhwat malah punya pandangan yang berbeda, begitupun sebaliknya. Yang lebih parah lagi nih, kalo orang-orang yang belum paham melihat hal itu, bisa-bisa mereka jadi illfeel sama ikhwan-akhwat. Atau terkadang, orang yang sudah paham pun malah menanggap hal yang nggak-nggak terjadi di antara interaksi itu, VMJ (Virus Merah Jambu), padahal mah tuh ikhwan dan tuh akhwat gak punya perasaan apa-apa, cuma sebatas saudara atau teman biasa. Mungkin ada benarnya juga kalo kita sebaiknya menjaga interaksi dengan lawan jenis, gak hanya berlaku terhadap ikhwan akhwat aja loh. Lebih baik menjaga bukan daripada terjadi fitnah?! Kalo mau curhat, ya utamakan sesama jenis dulu.
Nah, ada satu cerita yang menarik di sini.
Ada ikhwan, sebut saja Hendy yang curhat ke akhwat, sebut saja Mila, melalui SMS. Mereka beraktivitas dalam satu organisasi dan keduanya bisa di bilang aktivis da’wah.
Hendy: “Assalamu’alaykum. Mila, ana merasa bersalah banget neh sama masalah yang kemarin. Itu semua gara-gara ana. Ana tuh sampe gak bisa tidur mikirin masalah itu. Bawaannya grasak-grusuk mlulu.”
Mila gak langsung membalas sms itu. Dia meng-sms Leo yang memang dekat dengan Hendy.
Mila: “Assalamu’alaykum. Leo, tolong hibur Hendy ya, kayaknya dia masih kepikiran sama masalah yang kemarin.”
Mila meminta Leo untuk menghibur Hendy karena Mila tau bahwa Leo adalah teman dekat Hendy dan Leo tau masalah yang Hendy hadapi.
Leo: “Masalah yang mana? Ana barusan mabit bareng Hendy, tapi dia ga cerita apa-apa.”
Mila: “Masalah yang itu bla, bla, bla.”
Mila menjelaskan masalahnya.
Leo: “Ok. Nanti ana coba ngomong ke Hendy.”
Memang begitulah seharusnya ketika ada seorang ikhwan ataupun akhwat yang curhat ke lawan jenisnya, maka tempat yang di curhatin itu seharusnya mengarahkan seseorang, ke sesama jenis, yang merupakan teman dekatnya sehingga si ikhwan ataupun akhwat bisa di tangani langsung tanpa lintas gender. Hal itu lebih menjaga bukan?!
Ada satu cerita lagi tentang ikhwan akhwat yang jarang sekali berinteraksi, namun ternyata keduanya sepertinya ‘klop’. Mereka menyadari hal itu. Si ikhwan punya perasaan sama akhwat, begitupun sebaliknya: masing-masing saling tahu, tanpa harus di nyatakan. Waktu terus berjalan, mereka pun saling memendam perasaan itu hingga akhir bangku perkuliahan usai. Hingga akhirnya, ada yang mengkhitbah si akhwat. Si akhwat pun meminta ijin kepada si ikhwan (aneh!): betapa sakit hati si ikhwan begitu mengetahui si akhwat akan di khitbah ikhwan lain. Akhirnya, akhwat itu pun tetap melangsungkan pernikahan dan membiarkan si ikhwan dalam kesakithatiannya.
Duh, miris sekali ya. Padahal perasaan yang muncul di antara ikhwan akhwat itu tanpa interaksi yang intens.
Ok, yang terpenting adalah kita saling menasehati dengan cara yang terbaik. Kalau ikhwan yang melampaui batas kepada akhwat, akhwatnya harus tegas, demikian pula sebaliknya. Sesama ikhwan dan sesama akhwat juga harus ada yang saling mengingatkan dengan tegas. Ingat! tegas bukan berarti harus marah-marah karena kita tentunya tahu bahwa tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Semua manusia tak luput dari yang namanya khilaf. Jika memang mengaku bahwa kita bersaudara, maka ingatkanlah! Tegurlah! Jangan biarkan saudara kita terjerembab.
Terkait dengan cinta, sekali lagi diingatkan bahwa akhwat juga bisa jatuh cinta,, ikhwan juga bisa jatuh cinta. Se-ikhwah-ikhwahnya ikhwah, mereka juga manusia yang punya rasa cinta, kagum, suka, dan benci.
Cinta bukanlah tujuan
Cinta adalah sarana untuk menggapai tujuan
Jangan kau sibuk mencari definisi dan makna cinta
Namun kau lalai terhadap Dzat yang menganugrahkan cinta
Dzat yang menumbuhsuburkan rasa cinta
Dzat yang memberikan kekuatan cinta
Dzat yang paling layak dicintai Allah, Sang Pemilik Cinta
Cinta memang tak kenal warna
Cinta tak kenal baik buruk
Cinta tak kenal rupa dan pertalian darah
Memang begitulah adanya
Karena yang mengenal baik buruk, warna dan rupa
Adalah sang pelaku cinta yang menggunakan akal pikirannya
Cinta bukanlah kata benda
Cinta adalah kata kerja
Cinta bukan sesuatu tanpa proses
Cinta itu butuh proses
Jangan mau kau terjatuh dalam cinta
Namun, bangunlah cinta itu
Bangunlah cinta dengan keimanan
Maka kau akan mengorbankan apa saja
Demi meraih keridhaan Sang Pemilik Cinta
Bangunlah cinta dengan ketakwaan
Maka kau tak kan gundah gulana
Ketika kehilangan cinta duniawi
Karna kau yakin Yang kau cari adalah cinta dan ridha Allah
Bukan cinta yang sementara
***
serambi madinah… 4 robiul akhir 1431 H 4:27 Pm
masih banyak yang tugas dakwah yang harus kita tuntaskan dari pada berbicara masalah #$%#@#@@……
Semoga bermanfaat.Tulisan ini dibuat untuk mengingatkan diri sendiri yang sering lalai dalam menjaga interaksi. Entah itu di dunia nyata maupun dunia maya.
Saling mengingatkan ya!
Kata ikhwan akhwat dalam tulisan ini telah mengalami penyempitan makna, lebih ke arah aktivis da’wah.
sumber :
http://www.eramuslim.com/oase-iman/lhinblue-emang-akhwat-bisa-jatuh-cinta.htm




Share This Post =)

About this blog

fastabiqul khoirot ^_^

Total Tayangan Halaman

Assalamu'alaykum akhy wa ukhty

Assalamu'alaykum akhy wa ukhty