9 Mei 2008 …
Ilustrasi. (qimta.devianart.com)
Kala
itu Jum’at siang, dalam hujan. Hari pertama aku keluar rumah dengan
kain kerudung, saat akan berangkat les matematika. Hmmm … memang belum
layak untuk dikatakan berhijab, masih dengan celana jeans ketat coklat
abu-abu dan kaos putih ketat dipadupadankan dengan kerudung segi empat
putih dan bros kura-kura. Sederhana, tapi menarik perhatian sampai kakak
sepupu dan khadimat bertanya curiga, belum lagi teman les yang juga
banyak tanya terkait penampilan baruku.
:: Senyum, mengingat betapa indah fase ini, meski orientasi belum lurus karena Allah.
11 Mei 2008 …
Aku
(terpaksa) mengikuti anak-anak Rohis mendampingi TKM (kemah) pramuka.
Menjalani aktivitas bersama anak-anak Rohis yang ternyata banyak
kekecewaan yang aku dapat karena tak sebaik yang aku bayangkan, ini hari
pertama dan kedua. Malam terakhir, ketika mas’ul Rohis datang, keadaan
berubah total. Menjadi begitu tertata, kurasakan suasana yang begitu
berbeda, tenteram, penuh nuansa agamis, tak ada lagi zina. Di sinilah
hidayah mulai menyapa, kesadaran hadir benar-benar dari ruang hatiku.
Aku mendapatkan cahaya cintaNya dan getar yang paling dahsyat saat aku
membacakan surah Yasin buat anak-anak yang kesurupan dan saat membaca
sari tilawah surah Ar-Rahman saat renungan malam, Allah terasa begitu
dekat, sangat dekat ….
Pulang TKM, aku sms mas’ul Rohis, minta izin untuk bergabung. Alhamdulillah, dia mengizinkan.
Hari
pertama masuk sekolah setelah TKM, aku terasa begitu berbeda, yang
dahulu super rame di kelas, suka jahil dan baju super ketat serta tidak
pernah dimasukkan. Mulai pendiam, seragam lebih rapi dan mulai dekat
dengan mushalla sekolah. Aku yang dahulu anti Rohis kini telah menjadi
bagian lingkaran ini, resikonya tak tanggung-tanggung, aku dijauhi
teman-teman komunitasku.
Aku terus belajar, mulai semangat privat
ngaji di rumah, tak lagi bandel dan banyak alasan agar bisa bolos ngaji.
Aku begitu bersemangat membaca buku-buku muslimah yang ada di rumah,
tiap hari sabtu selalu ke perpusda untuk melengkapi referensi bacaanku
dan juga bergabung dengan kajian di masjid jami’. Tenteram rasanya,
hari-hariku jauh dari kesibukan untuk hal-hal yang tidak penting.
1 bulan kemudian,
Aku
bergabung dengan WISC, diajak oleh sahabatku dan mas’ul Rohis sma-ku
(dia mas’ul WISC periode itu). Di sini aku bertemu teman-teman luar
biasa dari seluruh SMA se-Wonosobo. Banyak kegiatan yang luar biasa di
sini yang benar-benar semakin mendekatkan aku dengan Allah, sampai aku
lupa dengan beratnya masalah di rumah, lupa dengan agenda shopping baju,
lupa keluyuran keliling sudut-sudut Wonosobo, lupa dengan segala
kebiasaan burukku. Upz … waktu itu nilai raport-ku turun, terdepak dari
10 besar, aku hanya peringkat 12 dari 40 siswa, sampai sempat dilarang
ikut organisasi oleh orang tua, tapi ini salahku, yang terlalu menikmati
aktivitas baruku sampai kadang bolos les dan malas belajar . Karena
sampai rumah menjelang Maghrib dan sudah lelah. Hehe masih bandel
ternyata^^
Hingga kemudian, oleh mas’ul-ku aku diperkenalkan
dengan 3 orang luar biasa agar semakin bisa membimbingku. Beliau
ustadzah Rus, ustadzah Atun dan ustadzah Tety.
Waktu terus
berjalan, aku mulai tau hijab syar’i, dalil-dalil yang menerangkannya,
dan dosa apabila tidak mampu memenuhi. Tapi aku tak bisa langsung untuk
menjalankannya, baju-bajuku semuanya masih baju jahiliyah, tak ada
sehelai pun yang baju syar’i, kain kerudung pun masih terbatas pada
kerudung sekolah, hanya beberapa helai yang aku beli setelah memutuskan
berkerudung.
:: Upz … ada yang berkesan, fase ini aku pernah
dijerumuskan oleh sahabatku ke seorang dukun, padahal dia yang
menuntunku berubah. (Alhamdulillah, sampai rumah ketika aku cerita orang
tua beliau langsung memberi tahu bahwa orang yang aku datangi itu dukun
dan bisa segera di tindak lanjuti tanpa menunggu waktu lama)::
Baru
setelah bulan September, ketika aku mendapat jatah uang 800ribu buat
beli baju, tanpa pikir panjang, sepulang acara ifthar jalanan yang
diadakan oleh wisc aku beli rok, kerudung syar’i, juga baju. Aku begitu
ingat, 3 hari berturut-turut aku beli baju, kuhabiskan semua itu uang.
Kalau tidak salah dapat 2 rok, 6 kerudung rabbani ukuran m dan 4 kaos
muslimah merek shekido, misty dan metalizer. Hmmm … pikirku cukup untuk
kupakai sehari-hari di luar sekolah. Upz … 2 kerudung rabbani itu buat
sekolah, karena sebelumnya kerudungku masih kecil.
Ada yang lucu
juga, ketika aku sudah tau hukum larangan berjabat tangan, aku mulai
membiasakan tidak berjabat tangan dengan non-mahrom. Aku siasati dengan
selalu menjaga wudhu, mulai sejak pagi dari rumah, biar kalau ada teman
cowok yang ajak salaman aku bisa menolak dengan alasan sudah wudhu dan
mau shalat Dhuha. Tapi lama-lama ketahuan juga sama teman-teman, kadang
saat aku sedang menulis atau sekadar duduk tiba-tiba ada teman cowok
yang jahil sentuh tanganku. Kalau udah gitu tuh … hmmmmm …
Oooh
iya, aku dulu dibenci guru agama lho. Gara-gara waktu kelas satu suka
bikin masalah di kelas saat pelajaran beliau, suka bakar kertas di
kelas, kalau istirahat suka banget bakar daun kering di belakang kelas
ama nungguin teman-temanku merokok (tapi sungguh, aku gak ikut merokok,
karena aku sangat benci itu barang) aku juga pernah beberapa kali kabur
dari sekolah lewat jendela, tiap hari terlambat sampai pakdhe hampir di
panggil BK, dan guru agama-ku selalu mengetahui semua kebandelanku itu
makanya beliau tidak suka denganku (ini pengakuan beliau setelah aku
masuk Rohis dan kami dekat). Alhamdulillah, setelah aku berubah eeeee
aku bisa sangat dekat dengan beliau bahkan sudah seperti ibu sendiri.
Yeyeyeyeye ….
Tepat awal oktober, hari minggu, saat les
matematika. Pertama kali aku keluar rumah dengan memakai rok dan kain
kerudung syar’i. Gak PD juga awalnya tapi tetap modis kok (hehe^^) aku
ingat waktu itu pakai rok putih garis-garis kombinasi pink, kaos putih
dan kerudung warna shalem. Awalnya diledekin juga sama teman-teman,
hehe^^
Alhamdulillah … sejak saat itu aku berhijab. Sejak saat itu
pula aku mengalihkan hobi belanjaku untuk membeli pakaian dan kerudung
syar’i, dan ketika ditegur ibu, aku selalu berdalih “investasi buat
kuliah bu”. Jalan yang kutempuh dalam fase ini tidaklah mulus, begitu
banyak kontra yang aku hadapi, terutama dari pihak keluarga ibu. Ibu
masih keukeh tidak mengizinkan aku memakai kain kerudung besar, sering
aku dimarahi, ayah tiriku juga sering mengatai aku teroris dan om dari
ibu pernah menamparku gara-gara hijab juga. Hhhh … tapi aku tak pernah
menyerah, Allah selalu menolong setiap hamba yang memperjuangkan
kebenaran. Alhamdulillah, pembuktianku mampu meluluhkan ibu, tengah
semester 3 setelah aku kuliah, ibu mengizinkan aku berhijab syar’i.
Upz
… tapi setelah koleksi baju syar’i-ku cukup banyak, aku gak hobi
belanja baju lagi ya. Kata ibu uangnya kudu ditabung buat bekal kuliah
soalnya udah jauh dari orang tua, udah gak dapat sangu double dari ibu
dan pakdhe, jadi kudu prihatin, kudu hemat dan bisa membelanjakan uang
sesuai proporsi yang tepat (nasihat ibu di penghujung kelas 3 SMA)
Agustus 2009 …
Aku
menapakkan kaki di lingkunganku yang baru, sungguh serba baru, hanya
dua orang teman dekatku yang ada di sini. Hhhhmmm … tak betah dengan
tempat tinggal, tak bersih seperti di rumah, susah mencari makanan yang
cocok, gak ada yang bangunin buat shalat subuh berjamaah, gak ada yang
suruh makan, gak ada yang ingetin mandi biar gak telat, gak ada yang
marah kalau ba’da Maghrib gak tilawah. Sempat drop, gersang, tilawah dan
ibadah mahdhoh lainnya hanya sebuah ritual, tak menemukan getar, bahkan
pernah 1 kali keluar kost tanpa kaos kaki. Astaghfirullah, entah
pikiran apa yang waktu itu menjerumuskanku. Itu semua berlangsung selama
2 minggu, hingga kemudian kesadaran itu kembali datang, kembali
mendekatkanku dengan Rabb-ku.
Oh ya, mungkin karena aku keluar
dari kost binaan ikhwah maka aku dikira keluar dari jamaah, jadi aku
belum bisa liqa di sini. Selama semester 1 aku lebih sering liqa online
dengan MR di Wonosobo. Belum begitu menjadi masalah, aku juga gak
terlalu memikirkan hal itu. Aku masih sangat menikmati aktivitasku
sebagai mahasiswa baru dengan kegiatan-kegiatan yang baru juga.
Alhamdulillah, selama itu pula masih terjaga kualitas ruhiyahku.
Awal
semester 2, ada salah seorang senior yang meminang buat jadi murabbi a.
senang banget rasanya, akhirnya aku bisa liqa di sini. Sayangnya
semester 2 aku tak sekuat semester 1, aku mulai mengalami penurunan
sejak aku dekat dengan salah satu ikhwan, hatiku mulai terkontaminasi,
tak lagi terproteksi, hijab tersingkap, cinta semu hadir dalam masa yang
tak tepat hingga kualitas ruhiyahku mulai mengeropos. Sebenarnya itu
tak berlangsung lama, akhir Mei si ikhwan memutuskan untuk saling jauh.
Namun justru keadaan itu semakin menggelincirkanku, buatku semakin
terpuruk, jauh dari jati diriku yang dahulu. Kain kerudungku memang
masih seperti sebelumnya, tapi hatiku telah berubah. Ritual ibadahku
masih sama, tapi terasa hambar, sangat jarang aku merasakan greget saat
tilawah ataupun shalat, bahkan aku jadi orang yang sangat ketus, dan
tidak pernah tersenyum sama sekali. Kuliahku mulai jadi korban, IP-ku 2
semester turun. Keadaan ini berlangsung selama 1,5 tahun.
Ahhh …
bodohnya aku, merusak diriku sendiri dengan tindakan konyol, tak
berarti, sangat rendah dan murahan. Bodohnya aku, hanya karena cinta
semu hancur semua yang telah aku tata, rusak tak berarti, menjadikan aku
manusia rendah tak bermartabat, terbudaki oleh nafsu dan seolah tak
percaya dengan takdir bahwa jodoh telah tertoreh dalam lauhul mahfuzh.
Terlalu konyol, jauh dari akal sehat.
:: Miris jika mengingat semua itu.
Tapi
… Allah tak pernah membiarkan hambanya terlalu lama dalam ruang gelap.
Ia kembali merengkuhku, dengan cintaNya yang hangat. Penghujung semester
5, mendekati periode akhir aku di kampus ini, dengan seringnya nasihat
dari ibu dan budhe, akhirnya aku mulai bisa kembali. Aku mulai bisa
menerima keadaan dan menyadari kesalahanku. Aku mulai bisa berpikir
realistis dan menerjemah dari sudut pandang syariat. Masya Allah … luar
biasa sekali pengaruhnya, hatiku mulai tenang, aku bisa focus belajar,
aku merasakan lagi greget yang sempat hilang 1,5 tahun ini. Cinta Allah
terasa begitu dekat.
Sudah berlalu 5 bulan, keadaanku semakin
membaik, aku mulai kembali menemukan keindahan masa-masa semester 1,
hidup dalam kebeningan hati, tanpa kontaminasi kesemuan cinta, tanpa
pengharapan terhadap sesuatu yang tak semestinya.
Langkah ini
terasa begitu ringan, otakku bisa kembali berpikir jernih, dan tentunya
ada sensasi tersendiri setiap aku berdua dengan-Nya, bukan lagi hanya
sebagai sebuah ritual tanpa makna.
Tak kan ku biarkan kain
kerudung ini mengecil apalagi terlepas, sungguh ini yang telah Allah
jadikan sebagai penjagaku juga hatiku, hingga akhir waktuku.
Terima kasih Allah … cintaMu lebih dari apapun.
:: Cermin kecil, refleksi 4 tahun aku mengenal jalan ini.
Terima kasih:
- si ikhwan, terima kasih atas ketegasannya. Dahulu memang terasa sakit, tapi kini ku mengerti.
- ibu, akhirnya mendukungku berhijab.
- dan seluruh kakak rohis ^^
- juga teman-teman dan sahabatku ^^