“Seorang perempuan memang harus terus belajar dan haus akan
ilmu, karena itu ada tujuan mulia dalam mencapai ilmu yang harus terkandung di
dalam hati setiap wanita. Al-ummhiya al-madrasatu al-ula, Ibu adalah sekolah
pertama bagi anak-anaknya. Setiap wanita dititipkan rahim suci oleh Allah,
dalam rahim itu atas izin-Nya akan tertanam benih suci yang akan lahir bak
kertas putih, ada suatu syair yang mengatakan “al-umm madrasatun idza
a’adadtaha a’dadta syaban thayyibu al-aqraq”- seorang Ibu seumpama sebuah
sekolah. Jika engkau mempersiapkan ia dengan baik, engkau telah mempersiapkan
sebuah generasi unggul.” (Cahaya di atas Cahaya)
Muslimah sebagai salah satu faktor utama untuk membangun
peradaban yang rabbani. Shalihat, pastinya mau dong ikut berkontribusi dalam
membangun peradaban tersebut? Sudah seharusnya kita sebagai muslimah memiliki
wawasan dan ilmu yang luas baik ilmu dunia ataupun akhirat. Mengapa kita harus
memiliki kedua ilmu tersebut? Pada dasarnya jika kita memiliki pengetahuan ilmu
dunia, seorang muslimah dapat menyesuaikan kondisi dimana ia melakukan hubungan
interaksi sesama manusia karena jaman sekarang banyak terjadi perang pemikiran
dimana kita yang tidak cerdas dalam menyikapi segala persoalan. Sedangkan jika
kita memiliki pengetahuan ilmu akhirat, seorang muslimah dapat menyikapi segala
pesoalan dengan cerdas dan menjadikan hidupnya lebih terarah serta memiliki
petunjuk dalam berkehidupan.
So, bagaimana dengan diri kita shalihat? Sudahkah kita
memiliki kedua ilmu tersebut? Yuk, sama-sama kita belajar agar menjadi sosok
muslimah yang dapat berikontribusi dalam membangun peradaban yang rabbani.
Ilmu itu cahaya yang terang, yang menerangi, dengannya orang
akan hidup dengannya. Ilmu itu puncak kehidupan bagi para hamba sebagaimana
orang-orang yang bodoh itu mati karena kebodohan mereka. Al-‘Ilmu nurun wa
nurullahi la yuhda li ashin. Sesungguhnya ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah
takkan datang kepada seseorang yang berbuat maksiat.
Mau kan shalihat punya prestasi yang bersinar? Salah satunya ya dengan berilmu, dengan ilmu kita dapat meraih prestasi yang ada didalam diri kita. “Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” (QS. An Nisaa’: 162)
Sudah jelas bukan, Allah sangat menyukai orang-orang yang memiliki ilmu. Mau kan shalihat disukai dan disayangi Allah? J
Makna prestasi khususnya bagi kalangan muslimah tidak sekedar prestasi yang dianut oleh kaum feminis. Namun, di sini kita berprestasi untuk berkontribusi membangun sebuah peradaban yang rabbani.
”Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri?” (QS.Fushshilat: 33)
Berprestasi dan berkontribusi secara berkelanjutan. Sehingga dampaknya
tidak hanya pada masa atau zaman kita, akan tetapi juga pada masa atau zaman
anak-anak kita. Bahkan mungkin akan terus berkelanjutan. Allahu ’alam….
Shalihat, dalam meraih prestasi diposisi manakah kita berada? Apakah
sebagai pelopor, perintis atau hanya sebagai pecundang? Seorang pelopor atau
perintis dalam meraih prestasi nya ia akan menjadi agen perubahan bagi
lingkungannya, sedangkan seorang pecundang hanya sekedar mimpi tanpa di dukung
aksi nyata.
Lalu, bagaimana langkah awal agar kita dapat menjadi pelopor atau perintis
dalam meraih prestasi kita?
1.
Niat
Penting banget nih shalihat bahwa apa yang akan kita
lakukan segala sesuatu nya tergantung niat awalnya. Kita akan memperoleh dengan apa yang kita niatkan. Jika kita
melakukannya karena sesuatu benda maka kita akan memperoleh sebatas benda itu
saja. Tetapi, jika kita niatkan semua karena Allah, maka Insyaa Allah semuanya
akan kita peroleh. Intinya Segala kesibukan kita menjadi muslimah berguna
dan berkarya di masyarakat hendaknya dilandasi dengan niat yang lurus dan
bersih. Semata-mata untuk mencari ridho Allah. Bukan untuk mencari penghargaan,
sanjungan atau apa saja yang sifatnya duniawi.
2.
Selalu berpikir positif dan percaya diri
Selalu berpikir positif kepada Allah,
diri sendiri dan orang lain. Yakinlah bahwa Allah memberi kita semua nikmat dan
kemudahan sekaligus kesulitan adalah dalam kerangka sejauhmana kita telah
pandai mensyukuri nikmat-Nya dengan memanfaatkannya, tidak saja untuk diri
sendiri tapi juga untuk masyarakat luas. Allah menciptakan kita dengan
kepribadian, kualitas bakat dan intelektual adalah dengan maksud. Semua itu
modal dasar bagi kita untuk berbuat. Dengan selalu berpositif thinking seperti
ini Insya Allah Pede (percaya diri) akan timbul.
3.
Pantang menyerah
Bahwasannya setiap muslimah harus memiliki jiwa yang
pantang menyerah, agar dalam melakukan segala sesuatunya dilakukan secara utuh
dan totalitas sehingga tidak setengah-setengah.
4.
Memulai
dari diri sendiri
Melakukan hal kecil yang dimulai dari diri sendiri. Apabila kita ingin
melakukan sesuatu yang besar untuk banyak orang maka seharusnya itu semua juga dimulai dari diri
kita sendiri.
5.
Memelihara
motivasi awal
Dengan motivasi / niat yang teguh
segala tantangan apa pun bentuk dan rupanya tidak menyurutkan langkah bahkan
semakin memberikan energi bagi kita sebagai pelopor. Namun, tidak hanyaskedar
motivasi awal saja tapi motivasi itu akan terus menjadi penyemangat kita hingga
akhir dalam meraih prestasi yang kita impikan insyaa Allah J