بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
ALHAMDULILLAH, SEGALA PUJA-PUJI HANYA MILIK ALLAH SWT. YANG TERUS MEMBERI KITA NIKMAT-NIKMATNYA YANG TIADA TERPUTUS.
SHALAWAT
SERTA SALAM TAK LUPA PULA SELALU KITA HATURKAN KEPADA USWATUN HASANAH
RASULULLAH MUHAMMAD SAW. SERTA PARA KELUARGA, SAHABAT DAN PENGIKUTNYA
HINGGA AKHIR ZAMAN.
ALHAMDULILLAH, SEGALA PUJA-PUJI HANYA MILIK ALLAH SWT. YANG TERUS MEMBERI KITA NIKMAT-NIKMATNYA YANG TIADA TERPUTUS.
SHALAWAT
SERTA SALAM TAK LUPA PULA SELALU KITA HATURKAN KEPADA USWATUN HASANAH
RASULULLAH MUHAMMAD SAW. SERTA PARA KELUARGA, SAHABAT DAN PENGIKUTNYA
HINGGA AKHIR ZAMAN.
Begini ukhwatifillah rahimakumullah, di
zaman sekarang kita selalu temui fenomena anak muda yang disebut
"pacaran". ya, umumnya ini terjadi pada remaja yang mulai memiliki rasa
tertarik pada lawan jenisnya, namun salah mengartikan pacaran sebagai
media rasa tertariknya itu. pacaran sendiri serin dikaitkan dengan zina,
maka itu, supaya tidak terjerumus lebih jauh, yuk, akhi ukhti kita
bahas disini :)
Pacaran dari Sudut Pandang Islam
Nah, akhi ukhti, mungkin antum sekalian
udah menemukan di beberapa artkel lain mengenai hal ini. dalam Islam,
pacaran ditakutkan menjadi media untuk berzina. ya, pacaran dapat
membujuk untuk menerjang larangan Allah dan melalaikan perintah Allah.
Dimulai dari pandangan, mata yang saling menatap menimbulkan rasa
tertarik atau yang disebut naksir bukan cinta. Timbullah "dari mata
turun ke hati", mulailah terpacu untuk mendekati dan mendapat perhatian
dari yang ditaksir itu. sms, surat cinta, telepon, social media,
semuanya diladeni demi berhubungan dengan "dia". Mulai mengenal lebih
dekat, bertemu-bertatapan, bergandeng tangan, berdua menyepi, saling
merayu. Inilah yang ditakutkan oleh Islam dari berpacaran. seperti sabda
Rasulullah saw berikut:
“Ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, akan diperolehnya hal itu, tidak bisa tidak. Kedua mata itu berzina, zinanya dengan memandang. Kedua telinga itu berzina, zinanya dengan mendengarkan. Lisan itu berzina, zinanya dengan berbicara. Tangan itu berzina, zinanya dengan memegang. Kaki
itu berzina, zinanya dengan melangkah. Sementara itu, hati berkeinginan
dan beranganangan sedangkan kemaluan yang membenarkan itu semua atau
mendustakannya.” (H.R. Muslim: 2657, alBukhori: 6243)
Al Imam an Nawawi rahimahullah berkata:
“Makna hadits di atas, pada anak Adam itu ditetapkan bagiannya dari
zina. Di antara mereka ada yang melakukan zina secara hakiki dengan
memasukkan farji (kemaluan)nya ke dalam farji yang haram. Ada yang zinanya secara majazi (kiasan)
dengan memandang wanita yang haram, mendengar perbuatan zina dan
perkara yang mengantarkan kepada zina, atau dengan sentuhan tangan di
mana tangannya meraba wanita yang bukan mahromnya atau menciumnya, atau
kakinya melangkah untuk menuju ke tempat berzina, atau melihat zina,
atau menyentuh wanita yang bukan mahromnya, atau melakukan pembicaraan
yang haram dengan wanita yang bukan mahromnya dan semisalnya, atau ia
memikirkan dalam hatinya. Semuanya ini termasuk zina secara majazi.” (Syarah Shohih Muslim: 16/156157)
Nah, seperti yang kita tahu, haram=dosa.
Maka adakah dari pacaran kita senantiasa menahan pandangan dari "dia" ?
sedangkan akhwat tanpa mahrom bila kita pandangi itu = haram= dosa.
Astaghfirullah.
Ta’aruf Dengan Pacaran, Bolehkah?
Nah, lalu adalagi istilah pacaran
sebagai media mengenal(ta'aruf). Ini merupakan pergeseran pengertian
karena adanya toleransi terhadap budaya buruk. Cepat berstighfar, itu
merupakan isikan setan, "aku kan pacaran cuma buat mengenal", "kalo ga
pacaran gimana bisa mengenal satu sama lain?" itu salah. Menurut sabda
Rasulullah yang bermakna, bahwa lelaki dilarang bercampur-baur dengan
wanita yang belum resmi untuknya. maka sama saja itu haram bila terikat
dengan pacaran, karena condong mempermudah akses menerjang larangan yang
telah diatur.
Adakah Pacaran Islami?
Ada lagi muncul istilah "pacaran
islami". tidak lain dan tidak bukan ini merupakan bisikan setan yang
secara halus dan perlahan mulai merusak mainset para pemuda Islam
"pacaranku kan berbasis Islami", "kami mengingatkan kepada Allah", dll.
HEI! silahkan hitung plusnya dari pacaran islami itu. Contoh, kalian
saling mengingatkan untuk mengaji, apakah benar niat kalian mengaji saat
itu ikhlash semata-mata karena Allah, atau hanya karena dia? apakah
mengaji kalian itu akan khusyuk? tentu yang terbayang dari ayat yang
kalian baca itu hanyalah raut wajah "dia" bukan keesaan Allah swt.
“Katakanlah (wahai Muhammad) kepada
lakilaki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata
mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci
bagi mereka. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat.” Dan katakanlah kepada wanitawanita yang beriman: “Hendaklah
mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan
mereka” …. (Q.S. anNur [24]: 3031)
Tidak tahukah mereka bahwa wanita
merupakan fitnah yang terbesar bagi laki-laki? Rosululloh
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnahnya wanita.” (H.R. al-Bukhori: 5096)
Segeralah Menikah Bila Sudah Mampu
Para pemuda yang sudah berkemampuan
lahir dan batin diperintahkan agar segera menikah. Inilah solusi terbaik
yang diberikan Islam karena dengan menikah seseorang akan terjaga jiwa
dan agamanya. Akan tetapi, jika memang belum mampu maka hendaklah
berpuasa, bukan berpacaran. Rosululloh shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda: “Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah
mampu menikah maka segeralah menikah karena sesungguhnya menikah itu
lebih menjaga kemaluan dan memelihara pandangan mata. Barang siapa yang
belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa menjadi benteng (dari
gejolak birahi).” (H.R. al-Bukhori: 5066)
Al-Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan: “Yang dimaksud mampu menikah adalah mampu berkumpul dengan istri dan memiliki bekal untuk menikah.” (Fathul Bari: 9/136)
Dengan menikah segala kebaikan akan
datang. Itulah pernyataan dari Alloh subhanahu wa ta’ala yang tertuang
dalam Q.S. ar-Rum [30]: 21. Islam menjadikan pernikahan sebagai
satu-satunya tempat pelepasan hajat birahi manusia terhadap lawan
jenisnya. Lebih dari itu, pernikahan sanggup memberikan jaminan dari
ancaman kehancuran moral dan sosial. Itulah sebabnya Islam selalu
mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi manusia untuk segera
melaksanakan kewajiban suci itu.
Nasihat
Janganlah ikut-ikutan budaya Barat yang
sedang marak ini. Sebagai orang tua, jangan biarkan putra-putrimu
terjerembab dalam fitnah pacaran ini. Jangan biarkan mereka keluar rumah
dalam keadaan membuka aurat, tidak memakai jilbab[1] atau malah memakai baju ketat yang membuat pria terfitnah dengan penampilannya. Perhatikanlah firman Alloh subhanahu wa ta’ala:
Hai
Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Alloh adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. alAhzab [33]: 59)
Islam bukan kaku dan keras terhadap
para penganutnya, hanya saja Islam tidak rela kehormatan penganutnya
dirusak oleh budaya setan yang meruntuhkan. Islam bukan keras, tapi
Peduli akan Kehormatanmu :)\
Begini ukhwatifillah rahimakumullah, di
zaman sekarang kita selalu temui fenomena anak muda yang disebut
"pacaran". ya, umumnya ini terjadi pada remaja yang mulai memiliki rasa
tertarik pada lawan jenisnya, namun salah mengartikan pacaran sebagai
media rasa tertariknya itu. pacaran sendiri serin dikaitkan dengan zina,
maka itu, supaya tidak terjerumus lebih jauh, yuk, akhi ukhti kita
bahas disini :)
Pacaran dari Sudut Pandang Islam
Nah, akhi ukhti, mungkin antum sekalian udah menemukan di beberapa artkel lain mengenai hal ini. dalam Islam, pacaran ditakutkan menjadi media untuk berzina. ya, pacaran dapat membujuk untuk menerjang larangan Allah dan melalaikan perintah Allah. Dimulai dari pandangan, mata yang saling menatap menimbulkan rasa tertarik atau yang disebut naksir bukan cinta. Timbullah "dari mata turun ke hati", mulailah terpacu untuk mendekati dan mendapat perhatian dari yang ditaksir itu. sms, surat cinta, telepon, social media, semuanya diladeni demi berhubungan dengan "dia". Mulai mengenal lebih dekat, bertemu-bertatapan, bergandeng tangan, berdua menyepi, saling merayu. Inilah yang ditakutkan oleh Islam dari berpacaran. seperti sabda Rasulullah saw berikut:
“Ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, akan diperolehnya hal itu, tidak bisa tidak. Kedua mata itu berzina, zinanya dengan memandang. Kedua telinga itu berzina, zinanya dengan mendengarkan. Lisan itu berzina, zinanya dengan berbicara. Tangan itu berzina, zinanya dengan memegang. Kaki itu berzina, zinanya dengan melangkah. Sementara itu, hati berkeinginan dan beranganangan sedangkan kemaluan yang membenarkan itu semua atau mendustakannya.” (H.R. Muslim: 2657, alBukhori: 6243)
Al Imam an Nawawi rahimahullah berkata: “Makna hadits di atas, pada anak Adam itu ditetapkan bagiannya dari zina. Di antara mereka ada yang melakukan zina secara hakiki dengan memasukkan farji (kemaluan)nya ke dalam farji yang haram. Ada yang zinanya secara majazi (kiasan) dengan memandang wanita yang haram, mendengar perbuatan zina dan perkara yang mengantarkan kepada zina, atau dengan sentuhan tangan di mana tangannya meraba wanita yang bukan mahromnya atau menciumnya, atau kakinya melangkah untuk menuju ke tempat berzina, atau melihat zina, atau menyentuh wanita yang bukan mahromnya, atau melakukan pembicaraan yang haram dengan wanita yang bukan mahromnya dan semisalnya, atau ia memikirkan dalam hatinya. Semuanya ini termasuk zina secara majazi.” (Syarah Shohih Muslim: 16/156157)
Nah, seperti yang kita tahu, haram=dosa. Maka adakah dari pacaran kita senantiasa menahan pandangan dari "dia" ? sedangkan akhwat tanpa mahrom bila kita pandangi itu = haram= dosa. Astaghfirullah.
Ta’aruf Dengan Pacaran, Bolehkah?
Nah, lalu adalagi istilah pacaran sebagai media mengenal(ta'aruf). Ini merupakan pergeseran pengertian karena adanya toleransi terhadap budaya buruk. Cepat berstighfar, itu merupakan isikan setan, "aku kan pacaran cuma buat mengenal", "kalo ga pacaran gimana bisa mengenal satu sama lain?" itu salah. Menurut sabda Rasulullah yang bermakna, bahwa lelaki dilarang bercampur-baur dengan wanita yang belum resmi untuknya. maka sama saja itu haram bila terikat dengan pacaran, karena condong mempermudah akses menerjang larangan yang telah diatur.
Adakah Pacaran Islami?
Ada lagi muncul istilah "pacaran islami". tidak lain dan tidak bukan ini merupakan bisikan setan yang secara halus dan perlahan mulai merusak mainset para pemuda Islam "pacaranku kan berbasis Islami", "kami mengingatkan kepada Allah", dll. HEI! silahkan hitung plusnya dari pacaran islami itu. Contoh, kalian saling mengingatkan untuk mengaji, apakah benar niat kalian mengaji saat itu ikhlash semata-mata karena Allah, atau hanya karena dia? apakah mengaji kalian itu akan khusyuk? tentu yang terbayang dari ayat yang kalian baca itu hanyalah raut wajah "dia" bukan keesaan Allah swt.
“Katakanlah (wahai Muhammad) kepada lakilaki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Dan katakanlah kepada wanitawanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka” …. (Q.S. anNur [24]: 3031)
Tidak tahukah mereka bahwa wanita merupakan fitnah yang terbesar bagi laki-laki? Rosululloh shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnahnya wanita.” (H.R. al-Bukhori: 5096)
Segeralah Menikah Bila Sudah Mampu
Para pemuda yang sudah berkemampuan lahir dan batin diperintahkan agar segera menikah. Inilah solusi terbaik yang diberikan Islam karena dengan menikah seseorang akan terjaga jiwa dan agamanya. Akan tetapi, jika memang belum mampu maka hendaklah berpuasa, bukan berpacaran. Rosululloh shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu menikah maka segeralah menikah karena sesungguhnya menikah itu lebih menjaga kemaluan dan memelihara pandangan mata. Barang siapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa menjadi benteng (dari gejolak birahi).” (H.R. al-Bukhori: 5066)
Al-Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan: “Yang dimaksud mampu menikah adalah mampu berkumpul dengan istri dan memiliki bekal untuk menikah.” (Fathul Bari: 9/136)
Dengan menikah segala kebaikan akan datang. Itulah pernyataan dari Alloh subhanahu wa ta’ala yang tertuang dalam Q.S. ar-Rum [30]: 21. Islam menjadikan pernikahan sebagai satu-satunya tempat pelepasan hajat birahi manusia terhadap lawan jenisnya. Lebih dari itu, pernikahan sanggup memberikan jaminan dari ancaman kehancuran moral dan sosial. Itulah sebabnya Islam selalu mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi manusia untuk segera melaksanakan kewajiban suci itu.
Nasihat
Janganlah ikut-ikutan budaya Barat yang sedang marak ini. Sebagai orang tua, jangan biarkan putra-putrimu terjerembab dalam fitnah pacaran ini. Jangan biarkan mereka keluar rumah dalam keadaan membuka aurat, tidak memakai jilbab[1] atau malah memakai baju ketat yang membuat pria terfitnah dengan penampilannya. Perhatikanlah firman Alloh subhanahu wa ta’ala:
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Alloh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. alAhzab [33]: 59)
Islam bukan kaku dan keras terhadap para penganutnya, hanya saja Islam tidak rela kehormatan penganutnya dirusak oleh budaya setan yang meruntuhkan. Islam bukan keras, tapi Peduli akan Kehormatanmu :)\
Pacaran dari Sudut Pandang Islam
Nah, akhi ukhti, mungkin antum sekalian udah menemukan di beberapa artkel lain mengenai hal ini. dalam Islam, pacaran ditakutkan menjadi media untuk berzina. ya, pacaran dapat membujuk untuk menerjang larangan Allah dan melalaikan perintah Allah. Dimulai dari pandangan, mata yang saling menatap menimbulkan rasa tertarik atau yang disebut naksir bukan cinta. Timbullah "dari mata turun ke hati", mulailah terpacu untuk mendekati dan mendapat perhatian dari yang ditaksir itu. sms, surat cinta, telepon, social media, semuanya diladeni demi berhubungan dengan "dia". Mulai mengenal lebih dekat, bertemu-bertatapan, bergandeng tangan, berdua menyepi, saling merayu. Inilah yang ditakutkan oleh Islam dari berpacaran. seperti sabda Rasulullah saw berikut:
“Ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, akan diperolehnya hal itu, tidak bisa tidak. Kedua mata itu berzina, zinanya dengan memandang. Kedua telinga itu berzina, zinanya dengan mendengarkan. Lisan itu berzina, zinanya dengan berbicara. Tangan itu berzina, zinanya dengan memegang. Kaki itu berzina, zinanya dengan melangkah. Sementara itu, hati berkeinginan dan beranganangan sedangkan kemaluan yang membenarkan itu semua atau mendustakannya.” (H.R. Muslim: 2657, alBukhori: 6243)
Al Imam an Nawawi rahimahullah berkata: “Makna hadits di atas, pada anak Adam itu ditetapkan bagiannya dari zina. Di antara mereka ada yang melakukan zina secara hakiki dengan memasukkan farji (kemaluan)nya ke dalam farji yang haram. Ada yang zinanya secara majazi (kiasan) dengan memandang wanita yang haram, mendengar perbuatan zina dan perkara yang mengantarkan kepada zina, atau dengan sentuhan tangan di mana tangannya meraba wanita yang bukan mahromnya atau menciumnya, atau kakinya melangkah untuk menuju ke tempat berzina, atau melihat zina, atau menyentuh wanita yang bukan mahromnya, atau melakukan pembicaraan yang haram dengan wanita yang bukan mahromnya dan semisalnya, atau ia memikirkan dalam hatinya. Semuanya ini termasuk zina secara majazi.” (Syarah Shohih Muslim: 16/156157)
Nah, seperti yang kita tahu, haram=dosa. Maka adakah dari pacaran kita senantiasa menahan pandangan dari "dia" ? sedangkan akhwat tanpa mahrom bila kita pandangi itu = haram= dosa. Astaghfirullah.
Ta’aruf Dengan Pacaran, Bolehkah?
Nah, lalu adalagi istilah pacaran sebagai media mengenal(ta'aruf). Ini merupakan pergeseran pengertian karena adanya toleransi terhadap budaya buruk. Cepat berstighfar, itu merupakan isikan setan, "aku kan pacaran cuma buat mengenal", "kalo ga pacaran gimana bisa mengenal satu sama lain?" itu salah. Menurut sabda Rasulullah yang bermakna, bahwa lelaki dilarang bercampur-baur dengan wanita yang belum resmi untuknya. maka sama saja itu haram bila terikat dengan pacaran, karena condong mempermudah akses menerjang larangan yang telah diatur.
Adakah Pacaran Islami?
Ada lagi muncul istilah "pacaran islami". tidak lain dan tidak bukan ini merupakan bisikan setan yang secara halus dan perlahan mulai merusak mainset para pemuda Islam "pacaranku kan berbasis Islami", "kami mengingatkan kepada Allah", dll. HEI! silahkan hitung plusnya dari pacaran islami itu. Contoh, kalian saling mengingatkan untuk mengaji, apakah benar niat kalian mengaji saat itu ikhlash semata-mata karena Allah, atau hanya karena dia? apakah mengaji kalian itu akan khusyuk? tentu yang terbayang dari ayat yang kalian baca itu hanyalah raut wajah "dia" bukan keesaan Allah swt.
“Katakanlah (wahai Muhammad) kepada lakilaki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Dan katakanlah kepada wanitawanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka” …. (Q.S. anNur [24]: 3031)
Tidak tahukah mereka bahwa wanita merupakan fitnah yang terbesar bagi laki-laki? Rosululloh shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnahnya wanita.” (H.R. al-Bukhori: 5096)
Segeralah Menikah Bila Sudah Mampu
Para pemuda yang sudah berkemampuan lahir dan batin diperintahkan agar segera menikah. Inilah solusi terbaik yang diberikan Islam karena dengan menikah seseorang akan terjaga jiwa dan agamanya. Akan tetapi, jika memang belum mampu maka hendaklah berpuasa, bukan berpacaran. Rosululloh shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu menikah maka segeralah menikah karena sesungguhnya menikah itu lebih menjaga kemaluan dan memelihara pandangan mata. Barang siapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa menjadi benteng (dari gejolak birahi).” (H.R. al-Bukhori: 5066)
Al-Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan: “Yang dimaksud mampu menikah adalah mampu berkumpul dengan istri dan memiliki bekal untuk menikah.” (Fathul Bari: 9/136)
Dengan menikah segala kebaikan akan datang. Itulah pernyataan dari Alloh subhanahu wa ta’ala yang tertuang dalam Q.S. ar-Rum [30]: 21. Islam menjadikan pernikahan sebagai satu-satunya tempat pelepasan hajat birahi manusia terhadap lawan jenisnya. Lebih dari itu, pernikahan sanggup memberikan jaminan dari ancaman kehancuran moral dan sosial. Itulah sebabnya Islam selalu mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi manusia untuk segera melaksanakan kewajiban suci itu.
Nasihat
Janganlah ikut-ikutan budaya Barat yang sedang marak ini. Sebagai orang tua, jangan biarkan putra-putrimu terjerembab dalam fitnah pacaran ini. Jangan biarkan mereka keluar rumah dalam keadaan membuka aurat, tidak memakai jilbab[1] atau malah memakai baju ketat yang membuat pria terfitnah dengan penampilannya. Perhatikanlah firman Alloh subhanahu wa ta’ala:
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Alloh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. alAhzab [33]: 59)
Islam bukan kaku dan keras terhadap para penganutnya, hanya saja Islam tidak rela kehormatan penganutnya dirusak oleh budaya setan yang meruntuhkan. Islam bukan keras, tapi Peduli akan Kehormatanmu :)\
0 komentar:
Posting Komentar