Bismillaahirrahmaanirrahiim...
sumber : http://www.gaulislam.com/remaja-muslimah-move-on
by ; Chintia Harvianty P
Wah, ternyata masih banyak ya muslimah muda yang pikirannya
masalah mode en duniawi aja dalam kehidupannya. Ya, masalah Islam sebagai
ideologi cuma dianggap sekelebatan aja atau diambil setengah-setengah. Mereka
anggap masa remaja masa yang ‘suka-suka’, mencari jati diri (tapi nggak
ketemu-ketemu). Masalah akil baliq sebagai proses pendewasaan menuju kesiapan
menerima amanah yang lebih ‘berat’ malah terabaikan. Begitu dapat masalah, yang
jadi rujukan malah media-media remaja yang nggak islami.
Lucunya, dari jaman saya ABG
sampe sekarang, konten media remaja nggak jauh-jauh amat solusi yang dikasih.
Contoh aja nih: fashion ‘before-after’. Before: wajah kusam nggak
bermake up, rambut nggak berhijab, baju model tahun jebot;After: wajah kinclong
bermake up, rambut di-stylish gaya artis terkini dan begitu pula
baju yang dipake kekurangan bahan. Ya gitu-gitu aja. Udah gitu yang dijadiin
panutan gayanya para seleb Barat, Korea, Jepang yang up
to date. Bukan pakaian yang menutup aurat secara sempurna. Ironis,
tragis dan mengenaskan. Hadoh...! nggak layak muslimah model begitu.
Jati
diri muslimah
Yup, talking
seriously Gals. Eyes
to eyes, heart to heart. Mungkin saking terbiasa dengan kenyamanan alias stuck
in comfortable zone plus
nggak mau turun gengsi, nggak sedikit muslimah yang masih betah dalam
sekulerisme (memisahkan antara aturan agama dan kehidupan) dan menjadi liberal
plus berpaham kapitalis yang akhirnya jadi matre dan konsumtif.
“Kan, masih muda terus hidup
cuma satu kali. Jadi nikmatin aja. Lagian, nggak minta juga diciptain ke dunia
ini. Kalo mati ya mati aja. Terserah Tuhan mau ngapain gue. Emang masalah
buat elo?” — nganga deh kalo ketemu ‘muslimah’ yang ditegur en dinasehati tapi
jawabannya kayak gitu. Huuft..
Bro en Sis rahimakumullah
pembaca setia gaulislam, memang akan bermunculan beraneka ragam jawaban yang
isinya ‘pembenaran-pembenaran’ (bukan kebenaran). Contoh aja, berpakaian. Kalo
ada acara-acara religius, pakaiannya pada nutup dengan sopan tapi tetep
keliatan lekuk tubuh, kalo pun nggak pake kerudung ya pake pashmina atau
selendang yang cuma diselempangin begitu aja di kepala dan kalo kena angin atau
kebanyakan gerak ya kelepas deh, kemudian rambutnya pun keliatan.
Makanan? Kadang suka sok-sok’an
ngikutin makanan ala Barat, Korea, Jepang tanpa ngertiin dulu yang dimakan
halal atau nggak. Kadang martabat udah jadi tinggi banget cuma karena bisa
makan ala mancanegara. Gaya hidup pun mudah keikut arus. Apalagi kalo udah
keikut gaya hidup konsumtif. Kalo nggak pake barang-barang bermerk dan
original, rasanya nggak ok.
Bagaimana dengan pandangan
hidup? Heumm,,ternyata nggak fokus menjadikan Islam sebagai standar. Padahal,
kalo dalam Islam cukup memahami, bahwa kita diciptakan oleh al-Khalik yakni
Allah Ta’ala, begitu diciptakan dan menjalani fase-fase kehidupan kita sudah
diberi petunjuk melalui al-Quran dan as-Sunnah untuk menjalankannya dalam
kehidupan.Next,
begitu ajal tiba, kita kembali kepada Allah dan kemudian menuju akhirat,
dikumpulkan di padang Mashyar, dihisab segala perbuatan di dunia lalu menanti
hasilnya, surga atau neraka.
Jadi, jati dirinya seorang
muslim ya keislamannya itu. Mengamalkan seluruh aturan Allah Ta’ala dalam
kehidupan. Susah? Berat? Memang. Tapi pasti bisa. Kalo mau belajar, berusaha
dan membiasakannya dalam kehidupan. Contoh: Belajar berhijab, berusaha untuk
selalu mengenakannya dan membiasakan disiplin untuk berhijab (jilbab dan
kerudung) tanpa pilah-pilih momen. Mau mantenan, perpisahan, ke pasar, sekolah
tetep berhijab. Titik. Dilarang? Sama ortu? Sama pihak sekolah? Kampus?
Tempat kerja? Itulah ujiannya. Allah Swt. menguji keimanan para muslimah.
Pengorbanannya untuk bisa berhijab insya Allah imbalannya adalah surga.
Allah Swt.befirman, “Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah
beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta(QS al-Ankabut [29]: 2-3)
Dan, begitu kita bebas berhijab
sesuai syariah apakah kemudian tenang? Sebenarnya masih ada PR. Yakni,
mengajak muslimah lainnya yang belum berhijab untuk memakainya selain itu juga
memperjuangkan kembali kehidupan Islam agar seluruh aspek kehidupan murni
bertumpu pada Islam.
Kapitalisme
bikin rugi lahir batin
Apa sih ukuran cantiknya
seorang wanita? Ternyata kini kapitalisme telah mengubahnya menjadi,
cantik itu putih, langsing, wajah cerah tanpa noda. Berlomba-lomba deh
pada beli krim pemutih badan dan wajah, terus beli produk pelangsing tubuh.
Pengen merawat tubuh dan wajah sih ok aja, tapi liat dulu prioritasnya, penting
banget berkulit kinclong? Kalo penting, ok, kan merawat anugerah ilahi. Tapi
liat dulu, produk yang dipake, halal nggak? Terus, nggak harus ber-make-up kan?
Selain itu, walau pun produknya halal tapi dipake di saat yang nggak pas, ya
bisa jadi maksiat. Contoh: kosmetiknya terbuat dari bahan halal, tapi makenya
buat tebar pesona dengan lawan jenis atau ber-make up menjadi kewajiban
karyawati di kantor misalnya. Ditambah lagi dengan kontes-kontes
kecantikan ‘Miss ini Miss itu’ yang standar penilaiannya ya tetep: fisik.
Kadang saya suka kasihan
melihat SPG-SPG yang dengan pakaian kekurangan bahan plus bodi berlekuk dan
wajah kinclong nawarin barang-barang dagangan dengan kemolekan tubuh mereka di
tempat-tempat umum. Pengen nangis rasanya. Apa nggak malu? Bahkan, ada yang
kasusnya ‘bunglon’, jadi sehari-hari kerudungan dan berwajah innocent eh begitu on
duty berhubung
tuntutan kerja (nah, kenapa jadi mau kerja yang begitu. Terdesak butuh duit?),
bablas deh pamerin auratnya. Na’udzubillah min dzalik.
Kalo yang nggak ngeh en su’udzon bagaimana cara Islam memuliakan
wanita, ya bilangnya ribeut, fanatik,
terkekang. Waduh, bukannya udah kewajiban tuh melaksanakan perintah Allah
Ta’ala? Allah Swt udah melindungi dan memuliakan muslimah dengan aturanNya.
Jadi, berjuanglah, Gals!
Bebaskan dirimu dari belenggu kapitalisme. Insya Allah, bisa! Kalo nggak
berusaha, bisa terus-terusan bodi, wajah, tenaga bahkan keimananmu
dieksploitasi ama yang namanya kapitalisme.
Remaja
muslimah idaman umat
Nah, Gals. Sebenernya, kalo
udah berusaha membebaskan diri dari belenggu kapitalisme nan sekuler dan matre
itu, justru sebenarnya akan menjadi remaja muslimah idaman umat. Mungkin, bagi
yang nggak ngerti akan pentingnya aplikasi Islam dalam kehidupan ya akan
mencemooh. Tapi seperti yang saya bilang, ya itulah ujiannya. Ujian
keimanan, juga mempertahankan kebenaran.
Jangankan orang sekeliling,
ortu pun yang nggak ngeh akan pentingnya aplikasi Islam dalam kehidupan bakal
ngelarang anak-anaknya untuk mengkaji Islam, berhijab, dan berdakwah.
Sebaliknya malah nyuruh anaknya pacaran. Larangan tersebut berdasarkan alasan bahwa
anaknya jadi nggak gaul, dan terbawa aliran sesat. Waduh! Yah, bersabarlah.
Padahal dengan kembalinya kita kepada Islam dan menjadi anak shalihah justru
menjadi aset terbesar untuk ortu kita begitu di akhirat kelak. Mudah-mudahan
ortu kita ngerti ya. Aamiin. Rasulullah saw bersabda, “Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia maka
putuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakan untuknya.” (HR Muslim)
Untuk saat ini apalagi ditambah
isu-isu teroris yang bener-bener bikin stigmatisasi terhadap Islam, segala
upaya dan langkah kita untuk taat kepada syariah hingga memperjuangkan khilafah
dianggap anomali. Tapi, percaya deh. Masa’ kita mundur, padahal Allah
udah menjamin surga untuk umatNya yang bener-bener berjuang di dalam Islam, “Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan surga
untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau
terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat,
Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain)
daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan
itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS at-Taubah [9]: 111)
Move On!
Yup, teruslah berjuang untuk
menjadi remaja muslimah idaman umat, yang mampu menjadi penerang bagi umat yang
kini tengah dicengkeram kapitalisme global. Bersiaplah untuk selalu
bertahan dalam menghadapi segala cobaan yang datang. Tenang, you’re not alone.
Bersama kita bisa! So, aktiflah di Rohis,
syukur-syukur bisa bergabung dengan komunitas-komunitas Islam yang
memperjuangkan tegaknya
kembali syariah Islam di muka bumi ini. Islam yang dijadikan sebagai ideologi
negara dalam naungan Khilafah Islamiyah.
Nah, kalo udah gabung untuk dibina
dalam mengkaji Islam kita kudu bersikap sungguh-sungguh. Coz,
kita dibina bukan sekadar untuk ‘penyegaran jiwa’, tapi digembleng supaya bisa
jadi pribadi tangguh yang nggak keder ngorbanin mental, materi/harta, waktu
sampe jiwa. Ehhh.. kok serem gini? Yang serem mah film horor. Yaa.. emang
dikira aplikasi Islam main-main gitu? Ya nggak lah. Kan katanya mau jadi
muslimah shalihah, ya kudu tahan banting. Makanya kita bakal dibina bener-bener
baik itu dalam masalah ilmu Islam juga dibina untuk aplikasinya dalam
kehidupan. Jadi, nggak sekadar ta’lim. Belajar, pulang, bebas. No! Tapi:
belajar dan diskusi, resapi, pikirkan, amalkan, sebarkan (dakwahkan) dan
pertahankan kebenaran. Gitu, Non!
Gimana, Gals? Siap jadi
muslimah idaman umat? Harus siap dong! karena memang kewajiban yang harus kita
taati. Oke deh, selamat berbenah diri, mengubah diri menjadi lebih baik dan
bersungguh-sungguh mengamalkan Islam dalam kehidupan.
Mulailah dengan cintai Islam dan ikuti kajian-kajian keislaman. Hamasah!
by ; Chintia Harvianty P
0 komentar:
Posting Komentar